Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Petani India Turun ke Jalan, Polisi Balas dengan Gas Air Mata

        Petani India Turun ke Jalan, Polisi Balas dengan Gas Air Mata Kredit Foto: Getty Images/Anindito Mukherjee
        Warta Ekonomi, New Delhi -

        Ribuan petani India yang menolak reformasi pertanian menerobos barikade untuk memasuki kompleks Benteng Merah yang bersejarah di ibu kota New Delhi.

        Mereka mengibarkan bendera setelah bentrok dengan polisi yang menembakkan gas air mata untuk menahan pergerakan demonstran.

        Baca Juga: Ratusan Petani Demo Lawan Kebijakan Modi

        Para petani marah oleh Undang-undang (UU) yang dianggap lebih menguntungkan para pembeli swasta besar dengan mengorbankan para petani.

        Demonstran berkemah di luar New Delhi selama hampir dua bulan. Aksi ribuan petani ini menjadi salah satu tantangan terbesar Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi sejak dia berkuasa pada 2014.

        Tidak ada korban yang dikonfirmasi, tetapi pemandangan yang tidak teratur pada Selasa (26/1/2021) dan gas air mata di pinggiran kota memberikan pemandangan yang kontras.

        Gambar televisi Reuters menunjukkan ribuan petani berkumpul di Benteng Merah, tempat bersejarah yang digunakan Modi untuk menyampaikan pidato tahunan.

        Pengunjuk rasa tampak berseliweran di tembok benteng. “Modi akan mendengarkan kami sekarang, dia harus mendengarkan kami sekarang,” tegas Sukhdev Singh, 55, petani dari negara bagian Punjab bagian utara.

        Beberapa demonstran menunggang kuda dan memisahkan diri dari rute utama demonstran yang membawa traktor.

        Dari utara kota, mereka pergi ke pusat kota New Delhi, tempat gedung-gedung pemerintah.

        Mereka menyita derek dan menggunakan tali untuk merobohkan penghalang jalan. “Demonstran memaksa polisi memberi jalan,” papar saksi mata Reuters.

        Kelompok kedua mengendarai traktor untuk mencapai persimpangan lalu lintas utama di pusat kota.

        Mereka juga menembus barikade setelah bentrok serupa dengan polisi. Saluran televisi menunjukkan gambar beberapa pengunjuk rasa berlumuran darah.

        Reuters tidak dapat segera menghubungi pejabat polisi untuk dimintai komentar.

        Penyelenggara unjuk rasa Samyukt Kisan Morcha mengatakan kelompok yang membelok dari rute yang ditentukan tidak mewakili mayoritas petani.

        "Tidak ada pemimpin yang hilang," ujar kelompok serikat petani. Mereka mengikuti rute yang ditetapkan sebelumnya.

        Sebelumnya, puluhan ribu petani berjanggut dan bersorban, banyak yang berkumpul melawan dinginnya musim dingin. Mereka mengemudikan traktor-traktor yang dihiasi bendera tiga warna India dan bendera serikat petani melalui pinggiran kota.

        Pertanian mempekerjakan sekitar setengah dari 1,3 miliar penduduk India.

        Kerusuhan dan unjuk rasa yang melibatkan kepentingan 150 juta petani pemilik tanah itu mengkhawatirkan pemerintah.

        Sembilan putaran pembicaraan dengan serikat petani gagal mengakhiri protes karena para petani menolak tawaran pemerintah untuk menunda undang-undang selama 18 bulan.

        Para petani itu lebih ingin pemerintah mencabut UU tersebut.

        “Organisasi pertanian memiliki pegangan yang sangat kuat,” papar Ambar Kumar Ghosh, analis lembaga pemikir New Delhi, Observer Research Foundation.

        “Mereka memiliki sumber daya untuk memobilisasi dukungan dan melanjutkan protes untuk waktu yang lama. Mereka juga sangat berhasil menjaga agar protes benar-benar fokus," ungkap dia.

        India merayakan Hari Republik untuk menandai penerapan konstitusi pada 1950. Selama peringatan itu, pemerintah India memamerkan peralatan militernya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: