Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bukan Kaleng-kaleng! Holding Baterai Listrik Targetkan 12 Juta Kendaraan Listrik Tahun 2025

        Bukan Kaleng-kaleng! Holding Baterai Listrik Targetkan 12 Juta Kendaraan Listrik Tahun 2025 Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah tengah menggenjot ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Targetnya, pada 2025 akan ada 10 juta lebih kendaraan listrik roda dua yang diproduksi Holding Indonesia Battery Corporation (IBC). Di tahun yang sama, IBC juga akan memproduksi 2 juta unit kendaraan roda empat atau mobil.

        Wakil Menteri (Wamen) BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyebut, target produksi tersebut disesuaikan dengan potensi pasar di Tanah Air. Dimana, Indonesia menjadi pasar terbesar di dunia dalam bisnis otomotif.

        Baca Juga: The Big Four, Holding BUMN Ambisi Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik

        "Pasar penjualan roda dua dan roda empat di Indonesia ini tentu termasuk salah satu yang terbesar di dunia saat ini. Indonesia memiliki potensi untuk bisa menjual motor sekitar 10 juta lebih di tahun 2025 nanti. Dan juga mobil mencapai kurang lebih 2 juta unit," ujar dia dalam Webinar BUMN, Selasa (2/2/2021).

        Indonesia harus membangun keuntungan rantai pasok yang kompetitif. Sebab, prospek pengembangan industri baterai sangat strategis. Karena itu, Kementerian BUMM tatap memastikan Indonesia tak sekadar memiliki sumber daya, melainkan juga mampu mempunyai pasar bagi industri baterai ke depan.

        Dia berharap, Indonesia tidak sekedar mengekspor nikel atau menjadi menjadi negara konsumtif saja, melainkan Indonesia mampu menjadi negara yang juga produsen.

        "Bagaiamana kita bisa menbangun keuntungan rantai pasok yang kompetitif ini tentunya menjadi tantangan kita bersama, ini tentunya menjadi para pemain. Yang menjadi pemikiran kita semua adalah para pemilik teknologi baterai yang sudah maju ini, bagaimana mereka bisa dan kita pastikan mereka membawa teknologinya dan juga berproduksi di Indonesia dibandingkan berproduksi di negara lain yang memang tidak memiliki pasar dan bahan mineral yang dibutuhkan untuk bisa memproduksi baterai," kata dia.

        Dia mengatakan RI dinilai mampu membangun industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi. Keyakinan itu bertolak dari kondisi ekonomi Indonesia yang diklaim menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan mempengaruhi kemampuan otoritas suatu negara untuk mengeksplorasi dan mengelola industri baterai. Dalam konteks itu, Indonesia memiliki kekuatan yang mumpuni untuk mendorong perkembangan industri baterai kendaraan listrik yang tengah digodok sejumlah BUMN Energi.

        "Di sisi lain, kita sebagai negara yang memiliki posisi yang sangat kuat sumber daya mineral hulu, khususnya saat ini adalah mineral yang sangat dibutuhkan untuk melakukan atau untuk memproduksi baterai. Salah satu kandungan yang paling utama untuk produksi baterai adalah nikel dan Indonesia memiliki cadangan nomor 1 untuk bisa berproduksi nikel di dunia saat ini," kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: