Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Demokrat Makin Nggak Karuan, Setelah PKB dan Nasdem, Partai Bu Mega Kena Senggol Juga

        Demokrat Makin Nggak Karuan, Setelah PKB dan Nasdem, Partai Bu Mega Kena Senggol Juga Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya, kembali menyebut adanya pihak-pihak eksternal yang ingin mengkudeta Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

        Ia menyebut nama Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang dituding menjadi dalang upaya penggulingan AHYBaca Juga: Dewi Tanjung Bongkar Aksi AHY Trik Terzolimi Ala SBY, Jenggot AHY Juga Disebut-sebut

        Bahkan, ia mengungkapkan fakta bahwa Moeldoko bukan hanya sekedar mendukung kudeta, melainkan aktif akan mengambil alih kepemimpinan Demokrat yang sah.

        “Jadi sangat jelas bahwa GPK Demokrat bukan hanya gerakan internal partai, atau hanya permasalahan internal partai semata,” ujarnya, kepada wartawan di Jakarta, Jumat (5/2/2021) kemarin.

        Terkait itu pun, ia kemudian menyinggung peristiwa yang pernah dialami Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1996 silam. Baca Juga: Said Aqil: Terima Kasih yang mulia Ibu Hajah Megawati

        Saat itu, PDI menghadapi masalah yang sama. Yakni kudeta oleh pihak eksternal. Bahkan, kudeta PDI itu terjadi pada 22 Juni 1996 dalam Kongres Luar Biasa Partai Demokrasi Indonesia (KLB PDI) di Medan.

        “Yang berhasil menurunkan dan mengganti Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai pimpinan PDI,” tuturnya.

        Kemudian, ia menyebut KLB PDI saat itu bukan saja merupakan permasalahan internal PDI atau sekedar konflik antara kubu Megawati dan kubu Suryadi, melainkan adanya campur tangan pihak eksternal.

        “Dalam hal ini elemen pemerintah (era orde baru),” tandasnya.

        Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng menyatakan, Moeldoko telah didukung oleh PKB dan Nasdem untuk maju di Pilpres 2024 mendatang.

        “Menurut laporan dari kader kami, Pak Moeldoko cerita bahwa dia memang mau maju di 2024 dan sudah didukung oleh PKB dan Nasdem. Tapi masih kurang dukungan Demokrat,” ujar Andi Mallarangeng.

        Lanjutnya, ia juga mempertanyakan kepada Moeldoko kenapa tidak meminta restu dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) jika ingin maju menjadi Capres, malah ingin membuat kongres luar biasa (KLB) menyingkirkan AHY.

        “Sampai di Jakarta malah bicaranya soal KLB lalu kemudian bicara sudah direstui oleh ‘Pak Lurah’ dan didukung menteri-menteri,” ungkapnya. 

        Istana menjawab

        Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak akan membalas surat yang dilayangkan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait adanya dugaan upaya kudeta oleh orang-orang dilingkaran Presiden Jokowi.

        Hal tersebut dikatakan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno. 

        Ia mengatakan bahwa surat tersebut sudah diterima, dan tidak akan dibalas oleh Kepala Negara. "Jadi kami sudah menerima surat itu. Kami rasa tidak perlu menjawabsurat tersebut," katanya, di Jakarta, Kamis (21/2/2021).

        Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang namanya disebut-sebut dalam rencana kudeta, ia sudah menyatakan bahwa meski ia memang pernah bertemu dengan sejumlah kader dan bekas petinggi Demokrat namun ia tidak pernah berniat untuk melakukan kudeta di tubuh partai Demokrat.

        "Saya ini orang luar, tidak punya hak apa-apa gitu loh, yang punya hak kan mereka di dalam. Apa urusannya? Tidak ada urusannya, 'wong' saya orang luar," kata Moeldoko pada Senin (3/2).

        "Saya ini siapa sih? Saya ini apa? Biasa-biasa saja. Di Demokrat ada pak SBY, ada putranya mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut ya? Kenapa mesti menanggapi seperti itu? Biasa-biasa saja begitu. Jadi dinamika dalam sebuah apa partai politik itu biasa," ungkap Moeldoko.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: