Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Para Tentara AS Setop Lindungi Ladang Minyak Suriah, Ternyata Alasannya...

        Para Tentara AS Setop Lindungi Ladang Minyak Suriah, Ternyata Alasannya... Kredit Foto: Sindonews
        Warta Ekonomi, Washington -

        Pasukan Amerika Serikat (AS) di Suriah tidak lagi bertanggung jawab melindungi ladang minyak Suriah karena satu-satunya tugas mereka adalah memerangi sisa-sisa Negara Islam (ISIS).

        Pejabat Pentagon mengungkapkan hal itu saat isu tentang keberadaan pasukan AS di Suriah jadi sorotan di era pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

        Baca Juga: Dari Penculikan hingga Pemenggalan, Sudah Lebih dari 2.000 Serangan Teror ISIS ke Irak dan Suriah

        “Sebanyak 900 personil militer dan kontraktor AS di timur laut Suriah tidak berwenang memberikan bantuan kepada perusahaan swasta lain, termasuk karyawan atau agennya, yang berusaha mengembangkan sumber daya minyak di Suriah," ungkap juru bicara Pentagon John Kirby.

        "Penting untuk diingat bahwa misi kita di sana tetap memungkinkan kekalahan abadi ISIS," ungkap Kirby.

        Sebagian besar ladang minyak di timur dan timur laut Suriah dikendalikan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS. SDF merupakan aliansi yang utama AS yang terdiri atas milisi Kurdi.

        Pada 2020, terungkap bahwa pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump telah membantu perusahaan minyak AS, Delta Crescent Energy.

        Perusahaan minyak AS itu mendapatkan kontrak eksklusif untuk memasarkan minyak dari ladang di timur laut Suriah dan memberinya pengecualian khusus dari sanksi yang diberlakukan Washington terhadap rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

        Pada 2019, Trump membatalkan keputusannya menarik semua pasukan AS dari timur laut Suriah, dengan mengatakan dia akan menahan beberapa ratus tentara untuk "melindungi minyak".

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: