Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 Usung Tema Post-Pandemic Recovery

        Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 Usung Tema Post-Pandemic Recovery Kredit Foto: Unsplash/ Afif Kusuma
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 dilakukan secara daring melalui platform Zoom Webinar dan Live Streaming YouTube. Seminar IEO’21 merupakan salah satu rangkaian main event dari Indonesia Economic Outlook 2021.

        Pada tahun ini IEO’21 mengangkat tema “Post-Pandemic Recovery: A Resurgence of Indonesia’s Economy”. Seminar Indonesia Economic Outlook 2021 juga memiliki tiga subtema yang terbagi dalam tiga sektor, yaitu sektor fiskal, moneter, dan riil. 

        Baca Juga: Approdi: Produktivitas Dorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2021

        Pj. Dekan FEB UI, Beta Yulianita Gitaharie melalui sambutannya menyampaikan, harapannya agar Seminar IEO’21 dapat memberikan wadah bagi para pembuat kebijakan, pemerhati, dan khalayak dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa, untuk bertukar pikiran dan pada akhirnya menghasilkan wacana yang positif dan obyektif dalam mewujudkan transformasi ekonomi bagi Indonesia di tengah tantangan global.

        "Semoga banyak hal yang dapat dipelajari dengan jelas dan lengkap mengenai perkembangan terkini kondisi perekonomian, baik nasional maupun global dari semua sumber yang terkemuka," ujarnya.

        sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto menekankan bahwa pemerintah selalu membutuhkan kerjasama dari seluruh pihak terkait, terutama akademisi agar dapat memastikan proses implementasi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat berjalan dengan baik.

        "Sinergi dan koordinasi dari kebijakan ekonomi akan mengakselerasi pemulihan ekonomi dan secara bersamaan juga dapat melakukan kapitalisasi momentum untuk transformasi ekonomi," paparnya.

        Kemudian Keynote Speech perspektif nasional diberikan oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazar menyampaikan bahwa terdapat tiga faktor utama sebagai framework kebijakan pemulihan ekonomi pada tahun 2021.

        "Yaitu intervensi kesehatan, anggaran yang fleksibel dan reformasi struktural. Dalam pemaparannya, ia juga menyampaikan bahwa pemerintah akan terus melihat angka-angka dari beberapa indikator agar dapat memastikan memastikan bahwa pemulihan ekonomi dapat berjalan dengan lancar di Indonesia. Pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat berkisar antara 4,5% hingga 5,3% pada tahun 2021. Hal ini cukup sejalan dengan proyeksi institusi internasional untuk Indonesia pada tahun 2021," paparnya.

        Sedangkan untuk Keynote Speech perspektif internasional diberikan oleh Satu Kähkönen, World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste yang menggunakan contoh historis berupa pandemi flu Spanyol. Wabah tersebut melanda dunia dalam empat gelombang berturut-turut selama tahun 1918 hingga 1920. Di sisi lain, COVID-19 saat ini baru memasuki gelombang kedua.

        "Meskipun kondisi politik dan ekonomi antara kedua zaman ini amat berbeda, saat ini kita menghadapi masalah-masalah yang sama dengan apa yang terjadi setelah pandemi flu Spanyol seratus tahun silam. Terdapat empat poin yang digarisbawahi oleh Satu, yaitu pemulihan ekonomi global, peran Bank Dunia dan kerja sama internasional, prospek di sektor perdagangan dan rantai nilai global, serta peningkatan dan inovasi teknologi," ungkapnya.

        Lalu sesi Inaugural Speech oleh Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia yang menuturkan bahwa less contact economy harus dioptimalkan menuju ekonomi berbasis digital dalam segala bidang.

        "Sistem data harus diintegrasikan, diperkuat, terutama di bidang AI, Big Data, dan Internet of Things (IoT). Tak lupa juga sumber daya manusia di Indonesia harus dipersiapkan secara matang. Bambang menegaskan bahwa dengan pemanfaatan digital di berbagai bidang ini, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mampu mewujudkan Indonesia maju menuju 100 tahun Indonesia di tahun 2045."

        Pemaparan sesi Inaugural oleh Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan Republik Indonesia yang mengatakan bahwa pada dasarnya, Indonesia sedang bertransformasi menjadi salah satu produsen paling efektif.

        "Indonesia memiliki teknologi tinggi dengan pabrik-pabrik baru di wilayah yang akan mentransfer dirinya sendiri. Muhammad Lutfi mengungkapkan bahwa ia cukup yakin Indonesia akan mencapai target pertumbuhan untuk perdagangan sebesar 6,3%. Indonesia akan sangat aktif dalam membuka pasar baru dan menerima investasi awal karena investasi adalah hal penting dalam perdagangan.

        Kemiudin pemaparan sectoral perspective dari tiga sektor ekonomi, yaitu riil, fiskal, dan moneter. Setiap sektor memiliki subtemanya masing-masing. Sektor riil diisi pemaparan oleh Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro BKPM, yang membahas mengenai “Enlarging Investment to Empower the Informal Sector”.

        Indra mengatakan bahwa untuk meningkatkan investasi dan sektor riil, pemerintah masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilaksanakan, seperti perbaikan harga tanah, tarif air, tarif gas, rata-rata upah minimum, rata-rata tingkat kenaikan upah, dan tarif listrik.

        "Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia masih menjadi ICOR tertinggi di kawasan, yaitu pada angka 6,8. Sebab itulah ia mengatakan bahwa pemerintah berharap dapat melaksanakan Undang-Undang Cipta Kerja yang saat ini sudah sampai pada tahap finalisasi untuk implementasinya. Dengan adanya UU Cipta Kerja, Indra mengatakan bahwa pemerintah berharap dapat melakukan perbaikan di berbagai sektor yang terkait juga dengan perizinan perusahaan," papar Indra.

        Sedangkan untuk sektor fiskal, Hidayat Amir, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan membahas subtema “Fiscal Reform to Strengthen National Economic Resilience”, Hidayat menyampaikan ada beberapa sisi positif dari COVID-19.

        "Pertama, pembuat kebijakan dan masyarakat secara luas sudah mengenal COVID-19 sehingga cara meresponsnya pun sudah tepat. Kedua, adanya vaksinasi yang sudah mulai berjalan di Indonesia. Makin cepat vaksinasi, maka akan menjadi antitesa dari penyebaran COVID-19 hingga terbentuknya herd immunity di masyarakat. Ketika kepercayaan masyarakat pulih, maka aktivitas ekonomi akan kembali berjalan normal. Hal ini adalah karakter yang bisa dilihat dari perkembangan perekonomian Indonesia."

        Lalu emarapan sektor moneter dengan subtema “Integrating Digital and Financial Ecosystem to Maintain Monetary Stability”. Pemaparan diberikan oleh Aida S Budiman selaku Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia yang menjelaskan bahwa Bank Indonesia bersama otoritas ekonomi lainnya tengah menyusun sebuah strategi yang disebut “1+5”, atau “1 Necessary and 5 Sufficient Conditions”.

        "Necessary condition yang dimaksud adalah prasyarat agar pertumbuhan ekonomi dapat tercapai, yaitu vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. Di sisi lain, kelima sufficient condition merupakan respons kebijakan untuk mencapai pertumbuhan tersebut, yaitu pembukaan sektor produktif dan aman, percepatan stimulus fiskal, peningkatan kredit dari sisi permintaan dan penawaran, stimulus moneter dan kebijakan makroprudensial, serta digitalisasi ekonomi dan keuangan (khususnya bagi UMKM)," ungkapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: