PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP), lebih dikenal sebagai California Fried Chicken (CFC), adalah salah satu pelopor restoran cepat saji di Indonesia. Berdiri pada tahun 1983 di Jakarta, perusahaan ini awalnya membawa waralaba California Pioneer Chicken dari Amerika Serikat. Namun, sejak tahun 1989, CFC melepaskan diri dari waralaba tersebut dan mulai memproduksi serta memasarkan produknya sendiri.
Mayoritas saham CFC dimiliki oleh Suyanto Gondokusumo, yang memiliki 10,68% saham di perusahaan tersebut, setara dengan 23.573.434 lembar saham. CFC kini menjadi salah satu merek ayam goreng lokal yang terus berkembang meskipun menghadapi berbagai tantangan di industri makanan dan minuman (F&B).
data di atas merupakan data penjualan CFC 2019-2021 yang dibagikan oleh chanel Youtube Kasih Solusi
Di masa pandemi Covid-19, CFC mencatat peningkatan pendapatan sebesar 56% hingga mencapai Rp700 miliar, meskipun menutup 19 gerai mereka. Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak karena strategi yang digunakan CFC berbeda dari kebanyakan perusahaan F&B lainnya.
Baca Juga: Jual Bisnis Es Krim ke Magnum, Unilever Indonesia (UNVR) Kantongi Cuan Rp7 Triliun
Berikut adalah langkah-langkah kunci yang diambil CFC untuk mempertahankan pertumbuhan bisnisnya.
1. Memaksimalkan Potensi Tanpa Ekspansi Berlebihan
Alih-alih terus membuka cabang baru, CFC memilih untuk fokus pada optimalisasi aset yang sudah ada. Mereka memaksimalkan potensi gerai yang memiliki lalu lintas tinggi dengan menawarkan promosi yang relevan, meningkatkan kualitas produk, serta berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia. Langkah ini memungkinkan CFC untuk mempertahankan efisiensi operasional tanpa menambah beban biaya yang besar.
Pendekatan ini menjadi bukti bahwa ekspansi fisik bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai pertumbuhan. Selama pandemi, banyak perusahaan memilih memperluas jaringan untuk mengejar omzet, tetapi CFC justru memperkuat fondasi bisnis mereka. Strategi ini membuktikan bahwa pemanfaatan aset secara optimal dapat memberikan hasil yang lebih stabil.
2. Penetrasi Pasar Melalui Kolaborasi
CFC melakukan evaluasi menyeluruh terhadap lokasi dan preferensi pelanggan. Berdasarkan hasil evaluasi ini, mereka memutuskan untuk membuka gerai di tempat-tempat strategis seperti stasiun kereta api dan KRL.
Kolaborasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) memungkinkan CFC menjangkau pelanggan yang sedang menunggu perjalanan, memberikan pengalaman yang lebih relevan dalam kehidupan sehari-hari konsumen Indonesia.
Selain itu, CFC tetap mempertahankan menu andalan seperti ayam goreng dan paket favorit pelanggan, sambil terus mengembangkan produk baru. Kombinasi antara lokasi strategis dan menu yang terjangkau membantu CFC tetap relevan dan menarik bagi berbagai segmen pasar.
3.Menawarkan Inovasi Produk Tanpa Kehilangan Identitas
Sebagai merek yang sudah lama dikenal, CFC tidak berhenti berinovasi. Mereka rutin meluncurkan produk baru seperti rice bowl, minuman manis kekinian, hingga sambal lokal yang sedang tren. Variasi menu ini dirancang untuk menarik perhatian pelanggan muda sekaligus mempertahankan basis pelanggan setia.
Pembaruan menu ini juga menjadi strategi untuk meningkatkan keterlibatan pelanggan. Di industri F&B yang sangat dinamis, kemampuan untuk beradaptasi dengan tren terbaru adalah kunci untuk tetap relevan. Dengan terus menawarkan sesuatu yang baru, CFC berhasil menjaga minat pelanggan dan memberikan alasan untuk kembali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement