Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Moeldoko Ancam-Ancam SBY, Netizen: Kacang Lupa Kulit

        Moeldoko Ancam-Ancam SBY, Netizen: Kacang Lupa Kulit Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi -

        Sikap Moeldoko mengancam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait isu kudeta Partai Demokrat masih jadi perbincangan hangat. Ada yang menilai, itu kurang sopan. Ada juga yang mengibaratkan seperti kacang lupa kulit. Karena Moeldoko diangkat menjadi Panglima TNI oleh SBY.

        Ancaman Moeldoko kepada SBY itu disampaikan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (25/2/2021). Dia mengingatkan elite Partai Demokrat, termasuk SBY, untuk berhenti menekannya. Moeldoko mengancam akan mengambil langkah-langkah tertentu jika terus ditekan soal Demokrat.

        "Saya ingin mengingatkan semua, saya bisa sangat mungkin melakukan langkah-langkah yang saya yakini. Jadi, saya berharap jangan menekan saya," kata Kepala Staf Kepresidenan (KSP) itu.

        Baca Juga: Dijodohkan dengan Moeldoko, Reaksi Ibas Keras: Jangan Adu Saya-AHY!

        Pernyataan Moeldoko ini keluar setelah SBY mengeluarkan video terkait adanya gerakan yang akan melakukan kudeta kursi Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY. SBY menyebut nama Moeldoko sebagai salah satu aktornya.

        Warganet ikut mengomentari ancaman Moeldoko ke SBY. Akun @Regi_na meminta Moeldoko sadar diri.

        "Duh, Pak Moeldoko ini bagaikan kacang lupa kulit. Dia bisa sukses seperti sekarang berkat Pak SBY. Kalau dulu Pak SBY enggak angkat Moeldoko, jadi apa dia sekarang?" tulisnya.

        Lantas, bagaimana sikap Partai Demokrat terhadap Moeldoko yang mengancam SBY? Politisi Partai Demokrat, Herman Khaeron mengingatkan kepada Moeldoko untuk bersikap sopan terhadap SBY. Dia berharap, Moeldoko bisa mengingat kembali perjalanan kariernya hingga saat ini.

        Dia mengungkapkan, perjalanan karier Moeldoko tidak lepas dari bantuan SBY. Mulai dari Wakil Gubernur Lemhanas, Pangdam Siliwangi, KSAD, sampai Panglima TNI.

        "Itu semua terjadi di zaman Pak SBY jadi presiden. Mestinya tidak mengkhianati sejarah itu," kata Herman, beberapa waktu lalu.

        Karena itu, dia menilai, tidak etis bila jasa SBY itu malah dibalas dengan pengkhianatan. Hal itu terbukti bahwa Moeldoko berkolaborasi dengan segelintir kader untuk mengambil alih Partai Demokrat.

        "Jadi, kalau saya mengibaratkan itu seperti pagar makan tanaman. Kacang lupa kulit," bebernya.

        Baca Juga: Tolong Dicatat! Eks Kader: Tak Ada Keringat SBY di Awal Partai Demokrat!

        Menurut dia, harusnya Moeldoko malu terhadap SBY dan menghentikan pergerakan pengambilalihan kursi Ketua Umum Partai Demokrat.

        "Kalau Moeldoko ingat sejarah dan tidak mengkhianati sejarah, tegaskan bahwa Moeldoko tidak ikut-ikutan dalam gerakan ini. Bukannya malah menunjukkan ada perlawanan," katanya.

        Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Yan Amarullah Harahap, ikut menyerang Moeldoko. "Sombong banget manusia ini, bilang 'jangan menekan saya' segala. Seolah-olah nantangin Pak SBY karena sebut namanya," ujarnya di Alun Twitternya, @YanHarahap.

        Baca Juga: Kode Keras dari SBY untuk Moeldoko: Aku Lawanmu, Bukan Anakku..

        Yan mengatakan, SBY punya dasar menyebut nama Moeldoko dalam rencana kudeta Partai Demokrat.

        "Pandangin lagi foto-fotomu saat mencium tangan beliau, agar 'kesadaranmu' pulih," tukasnya.

        Dia merujuk berbagai foto saat Moeldoko mencium tangan SBY yang memang akhir-akhir ini seliweran di medsos.

        Bagaimana sikap Moeldoko? Mantan politisi Partai Demokrat yang juga orang dekat Moeldoko, Darmizal menyayangkan bila ada yang mengungkit karier Moeldoko di zaman SBY. Menurutnya, pengangkatan Moeldoko menjadi KSAD dan Panglima TNI tidak terlepas karena kapasitasnya.

        "Terlalu naif kalau pengangkatan Pak Moeldoko diungkit-unkit. Dia terpilih tentu karena kapasitas dan kemampuannya dalam mendukung pemerintahan. Bukan karena diminta balas budi," kata Darmizal.

        Darmizal heran bila Moeldoko harus balas budi. "Memangnya dulu (saat Moeldoko mau diangkat menjadi Panglima TNI) ada permintaan untuk balas budi?" katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: