Terbaru Konflik Demokrat, Sekarang Makin Hot! Mas AHY Siap-Siap Dijegal Pak Moeldoko
Ketua Umum Generasi Muda Demokrat (GMD), Lucky P Sastrawiria, menyatakan bahwa konflik di internal Partai Demokrat semakin memanas. Karena itu, kubu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) didesak untuk secepatnya melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB).
Lucky menegaskan bahwa salah satu alasan mendesak penyelenggaraan KLB lantaran khawatir partai berlambang bintang mercy tersebut akan menjelma jadi Partai Cikeas.
"Kalau tidak melalui KLB, Partai Demokrat akan terus dalam cengkeraman keluarga Cikeas. Artinya, politik dinasti yang akan dijalankan oleh Cikeas, bukan politik demokrasi," jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/3/2021).
Baca Juga: Omong Kosong Semua, Demokrat Tanpa SBY-AHY Hanya Butiran Debu
Lanjutnya, ia menilai bahwa saat ini pengelolaan Partai Demokrat menjadi semacam perusahaan keluarga milik Cikeas.
"Pihak lain, sehebat dan sebesar apa pun jasanya pada Demokrat tetap akan disingkirkan," ucapnya.
Baca Juga: Lagi-lagi, AHY Dirongrong Mundur dari Takhta Ketum Demokrat: Gak Mampu Mimpin!
Sambungnya, "Untuk itu, kami Generasi Muda Demokrat mendukung untuk segera diadakan KLB dan menginstruksikan kepada GMD seluruh Indonesia untuk mendukung KLB yang akan diselenggarakan secepat mungkin," ujarnya.
Karena itu, ia mengatakan KLB akan dilaksanakan secara demokratis karena Partai Demokrat adalah partai modern dan terbuka. Sehingga, sambungnya, siapa pun berhak untuk maju sebagai calon ketua umum.
"Kalau dari internal partai mungkin Mas AHY akan maju lagi, silakan, saya juga mendengar berita-berita bahwa Pak Moeldoko dari eksternal partai akan maju, wallahualam," tuturnya.
Namun demikian, ia tidak terlalu mempermasalahkan soal pengusungan Moeldoko pada KLB mendatang. Baginya, hal yang terpenting saat ini adalah bisa mengembangkan Partai Demokrat menjadi lebih besar lagi.
"Kami sebagai pengguna hak suara silakan saja untuk maju mengikuti pesta demokrasi. Artinya, semua anak bangsa berhak menjadi anggota Partai Demokrat dan semua anggota Partai Demokrat berhak menjadi ketua umum Partai Demokrat," tandasnya.
Sebelumnya, SBY dengan lantang menyebut nama Moeldoko sebagai dalang kudeta puteranya AHY dari pucuk pemimpin Partai Demokrat.
"Saya pribadi sangat yakin bahwa yang dilakukan oleh Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi," ujarnya dalam keterangannya, Rabu (24/2/2021).
Baca Juga: Dirongrong KLB, Kekuatan 'Cikeas' SBY-AHY Perlu Ambil Pilihan Pahit Ini
Menurutnya, apa yang dilakukan Moeldoko sejatinya telah merugikan dirinya sendiri karena bernafsu ingin menjadi Ketua Umum Partai Demokrat lalu melegalkan berbagai cara.
"Demokrat justru berpendapat apa yang dilakukan Moeldoko sangat mengganggu dan merugikan nama baik beliau," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, salah satu pendiri Partai Demokrat Hencky Luntungan mengklaim bahwa persiapan kongres luar biasa (KLB) sudah mencapai 80 persen. Kabarnya, pelaksanaan forum tersebut akan digelar di Bali pada Maret.
"Tinggal waktunya kita start kapan. Cuma sengaja belum diekspose karena ada hal-hal yang boleh diekspose," ujar Hencky saat dihubungi, Selasa (2/3/2021).
Masa Sulit Demokrat
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami partai berlambang bintang mercy tersebut. Di saat partai politik perlu menyiapkan strategi politik jelang pemilu 2024, Demokrat justru dirundung konflik internal.
"Jika perpecahan terjadi, tentu Demokrat akan mengalami masa sulit. Selain berkurangnya kekuatan konsolidatif, juga berimbas pada penggembosan suara di Pemilu 2024," ujarnya saat dihubungi, Rabu (3/3/2021).
Baca Juga: Moeldoko Tetap Diidolakan, Kubu KLB Demokrat Juga Masukkan Ibas Lawan AHY
Dedi mengaku tidak yakin bahwa KLB yang digelar secara prematur, tanpa restu Majelis Tinggi Partai, akan berhasil. Paling jauh, menurutnya, dampak dari isu KLB ini berisiko melahirkan partai baru.
"Jika itu terjadi, Demokrat yang di dalamnya ada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang tetap akan dominan," kata alumnus Universitas Telkom Bandung ini.
Menurut Dedi, dalam situasi yang tidak biasa, Partai Demokrat di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) perlu melakukan dua langkah pilihan. Keduanya mungkin saja dianggap pahit karena menyangkut eksistensi 'Cikeas' yang terganggu.
"Pertama, dibukanya ruang dialog untuk mengakomodasi berbagai kepentingan. Kedua, Demokrat tetap konsisten dengan terus lakukan perlawanan kepada kelompok KLB," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil