Hanya Modal Rp100 Ribu, Pria Ini Sukses Raup Omzet Miliaran Lewat Bisnis Camilan! Kok Bisa?!
Pengusaha Christina Lie menggandeng Filsa Budi Ambia, pemilik Kampoeng Timoer dalam kanal YouTube-nya melalui video bertajuk "CERITA SUKSES MODAL 100RIBU UNTUNG MILYARAN DARI USAHA CEMILAN". Filsa merupakan pria asal Banyumas yang sukses berbisnis di Balikpapan. Setelah lulus SMA, Filsa merantau ke Balikpapan dan bekerja di perusahaan tambang.
Namun, ia tersadar bahwa dengan hanya bekerja, ia tak akan bisa kaya. Karena itu ia mulai berbisnis Kampoeng Timur yang merupakan oleh-oleh khas Balikpapan, makanan olahan kepiting yang berdiri sejak tahun 2012.
Baca Juga: Emas Turun Terus, Miliarder Ini Bela Bitcoin Habis-habisan, Katanya: Emas Sudah Mati!
Saat bekerja di Balikpapan, Filsa pun akhirnya berpikir untuk memajukan dirinya. Ia ingin menjadi pengusaha dan resign dari perusahaan tambang tersebut pada tahun 2010. Setelah itu, Filsa pun tunangan dengan kekasihnya dan berencana menikahi kekasihnya dua tahun kemudian. Sementara di Balikpapan, Filsa membuka usaha Ayam Goreng Kalasan dari sisa uang gaji yang hanya mampu bertahan tiga bulan. Padahal, Filsa merasa ayam ini sangat enak. Akhirnya Filsa pun tersadar sesuatu.
"Kita tidak bisa menyamakan selera kita dengan orang lain," ujarnya. Karena itulah, penting untuk melakukan riset pasar.
Lalu, orang tua dan calon mertua Filsa pun sering menelepon menanyakan kelancaran bisnis Filsa. Filsa pun menjawab 'lancar' meski pada kenyataannya, ia tengah kesusahan.
Di tengah telepon dari calon mertua Filsa, ia pun mengetahui bahwa dirinya dan kekasihnya difitnah 'kumpul kebo' karena tinggal di satu kota. Setelah itu, Filsa pun mengumpulkan keberanian untuk menikahi kekasihnya enam bulan lagi.
Dari situlah Filsa terpaksa menggunakan kartu kredit karena ia sejatinya tidak memiliki modal untuk menikah. Setelah pernikahan, Filsa dan istri pun tinggal di Balikpapan dan mulai ditagih oleh debt collector secara brutal.
Hingga akhirnya, Filsa kembali berbinis karena terinspirasi dengan Nilam Sari, CEO Kebab Baba Rafi. Dari situ, Filsa mulai berbisnis martabak mini hingga dalam satu tahun berhasil memiliki 35 outlet.
Sayangnya, bisnisnya tak semudah itu. Banyak outlet yang akhirnya tutup hingga Filsa menanggung utang ratusan juta. Istrinya pun meminya Filsa untuk kembali bekerja, tetapi Filsa mengatakan bahwa jika ia kembali menjadi karyawan maka utang tersebut tak akan lunas. Saat itu, kondisinya Filsa sudah memiliki satu orang anak berusia 7 bulan.
Hingga suatu hari, keadaan sudah mendesak dan Filsa tidak memiliki apa-apa lagi. Istrinya pun mengatakan bahwa mereka masih memiliki satu harta lagi, yaitu cincin kawin. Cincin kawin itu pun kemudian digadai dan digunakan untuk membeli susu anak, beras, dan lain-lain hingga tersisa Rp100 ribu. Uang itulah yang justru membawa keberkahan hingga Filsa memiliki Kampoeng Timoer.
Dari uang Rp100 ribu itu, Filsa bertekad untuk kembali memulai berbisnis. Kemudian, ada tetangga yang membuat peyek kacang, tapi sayang sudah tidak berjualan karena sulit terjual.
Filsa pun akhirnya meminta diajarkan untuk membuat peyek. Dari modal Rp100 ribu itulah, Filsa mulai membeli bahan-bahan membuat peyek lalu ia jual. Sayang, penjualannya tak seberapa, hanya cukup untuk membeli beras dan susu.
Filsa pun mulai berpikir untuk memodifikasi peyek ini. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seseorang yang ia sapa dengan Koko Lim. Lalu, Filsa memposting jualannya lewat aplikasi BBM. Koko Lim ini melihat dan memesan 10 pcs peyek yang satuan harganya hanya Rp2 ribu. Koko Lim ini pun kaget dan berkata, "Kapan kamu kayanya?"
Filsa mengatakan bahwa ucapan Koko Lim sangat menampar hidupnya. Ia membuat peyek bisa sampai 100-200 pax per hari dalam waktu 25 jam. Koko Lim itu pun mengatakan jika membuat 25 jam sehari, maka dalam sebulan uang keuntungan berjualan ini hanya digunakan untuk berobat.
Karena itulah, Koko Lim mengajarkan Filsa untuk diferensiasi produknya. Filsa pun mulai memutar otak hingga terpikirlah kepiting karena Balikpapan terkenal dengan kepitingnya dan harga kepiting pun murah di sana.
Meski awalnya ditolak oleh Koko Lim, akhirnya bisnis peyek kepiting ini pun berjalan dimulai dengan memberi sampel kepada teman-teman.
Syukurlah respon teman-teman Filsa pun baik dan mengatakan bahwa peyek kepiting ini unik tetapi enak. Harga yang dijual oleh Filsa pun awalnya Rp20 ribu, tetapi orang-orang bertanya "Kok murah?", Filsa pun menjawab bahwa itu harga promo. Setelahnya, Filsa menjual peyek kepiting itu seharga Rp25 ribu.
Hingga akhirnya banyak yang membantu promosi dan Filsa pun dilirik oleh pemerintah setempat karena telah membantu daya tarik pariwisata Balikpapan hingga produknya menjadi nomor satu ciri khas oleh-oleh Balikpapan. Bahkan, Filsa sendiri sering diajak oleh pemerintah untuk menjadi pembicara di acara-acara UMKM.
Hari ini, Kampoeng Timoer pun telah berekspansi keluar Balikpapan, bahkan banyak dibeli para artis. Setelah itu, Filsa membangun pabrik di Yogyakarta dan menelurkan 'anak' dari Kampoeng Timoer, yaitu Mistercrabs.
Selain produknya yang enak, Filsa juga sangat mementingkan pengemasan produk.
"Packaging (pengemasan) adalah iklan satu detik yang mampu mengubah keputusan orang untuk membeli produk tersebut," ujar Filsa.
Artinya, orang yang tadinya tak tertarik membeli, jadi ingin membeli karena melihat visual kemasan. Setelah itu, terus perbaiki kualitas produk seperti rasa karena rasa adalah hal paling krusial dalam bisnis makanan.
Itulah perjalanan bisnis dari seorang Filsa yang merupakan founder dari Kampoeng Timoer makanan khas Balikpapan. Keren sekali ya, semoga bisa diambil manfaatnya!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: