Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisruh Demokrat Bukan soal Benar-Salah, Mas AHY Jangan Manja, Buktikan Kekuatan Anda!

        Kisruh Demokrat Bukan soal Benar-Salah, Mas AHY Jangan Manja, Buktikan Kekuatan Anda! Kredit Foto: Instagram/agusyudhoyono
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kisruh Partai Demokrat diprediksi bakal berlarut-larut, terlebih setelah Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko didaulat sebagai ketua umum melalui Kongres Luar Biasa (KLB) di Sumatera Utara yang kontroversial.

        Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (Sudra) Fadhli Harahab menyatakan KLB merupakan hal biasa dalam berorganisasi. Karena itu tak perlu ada yang merasa terzalimi atau merasa paling benar dan paling berhak.

        Menurutnya, perebutan kekuasaan dalam tubuh partai bukan kali pertama merundung dan hanya terjadi di Partai Demokrat. Hampir semua parpol pernah mengalami nasib seperti Partai Demokrat dan itu adalah hal normal.

        Baca Juga: Perang Jendela Bintang 4 Vs Mayor, Mayor Menerjang Jenderal & Menang, Top Deh!

        "AHY tak usah manja. Seolah merasa terzalimi dengan kondisi. Merengek di depan publik, membentuk opini yang terkesan menyeret pemerintahan terlibat langsung dalam pengambilalihan posisi Ketum Demokrat," ujarnya saat dihubungi, Senin (8/3/2021).

        Justru, dalam kondisi sekarang, analis politik asal UIN Jakarta ini melihat AHY perlu menampilkan sisi kepemimpinan yang elegan, strugle, dan kuat untuk membuktikan diri, bukan malah larut seperti dalam 'drama romantis' yang ending-nya selalu dimenangi aktor hebat dan benar.

        "Kondisinya bukan lagi siapa benar dan siapa yang salah. Tetapi siapa yang kuat. Seleksi alam yang akan menentukan siapa yang keluar sebagai pemenang," tandas Fadhli.

        Lebih lanjut Fadhli mengatakan, kasus serupa juga pernah menimpa partai lain, khususnya PDIP, bagaimana kemudian tempaan keras dan bertubi-tubi mampu melahirkan figur politik yang kuat, seperti Megawati Soekarnoputri.

        Bahkan, kata Fadhli, sebelum politik modern memunculkan pelbagai teori-teori politiknya, konflik politik yang mengarah kepada perebutan kekuasaan dan kudeta juga dialami oleh kerajaan-kerajaan usantara pada waktu itu. Tapi, para Raja dan petinggi kerajaan saat itu menghadapinya dengan penuh ksatria dan gagah berani.

        "Kristalisasi ide dan perjuangan itulah yang kemudian melahirkan sosok dan organisasi yang kuat. Tak ada yang instan," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: