Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lewati Pekan I Maret, Begini Kabar Harga CPO

        Lewati Pekan I Maret, Begini Kabar Harga CPO Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Melewati pekan I Maret 2021, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 67,4 persen menjadi US$1.093 per MT (atau sekitar Rp15.411.300 per MT) dibandingkan periode yang sama secara y-o-y.

        Jika dibandingkan pekan lalu, average price yang tercatat tersebut melemah 1,2 persen dari yang sebelumnya sebesar US$1.107 per MT (atau sekitar Rp15.608.700 per MT).

        Baca Juga: Kebijakan WHO akan ALTi, Minyak Sawit Berpotensi Penuhi Kebutuhan Dunia

        Meskipun penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga rata-rata CPO tersebut berada jauh di atas level harga potensial yang sebesar US$700 per MT. Tidak hanya itu, harga CPO saat ini juga membawa harapan baru untuk harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani.

        Melemahnya harga minyak mentah menjadi stimulus penurunan harga CPO. Minyak nabati seperti CPO merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel yang menjadi bahan bakar alternatif minyak mentah (fossil fuel). Oleh karena itu, harga minyak dan CPO cenderung berkorelasi positif.

        Kendati sedikit melemah, harga CPO masih tetap kuat. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) melaporkan, indeks harga minyak nabati di bulan Februari berada di rata-rata 147,4 poin. Indeks tersebut naik 8,6 poin (atau 6,2 persen) dari Januari dan menandai level tertinggi sejak April 2012. Harga minyak sawit internasional naik selama sembilan bulan berturut-turut di bulan Februari, dipicu adanya kekhawatiran atas tingkat stok yang rendah di negara-negara pengekspor terkemuka akibat rendahnya produksi.

        Meskipun demikian, sentimen penguatan harga CPO masih akan terus berlanjut. Pada Januari 2021, PT Pertamina telah menguji produksi green diesel yang menggunakan Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO).

        PT Pertamina akan melakukan pengembangan green diesel dan green avtur dalam dua tahap. Pertama, akan mengolah 3 ribu barel RBDPO per hari untuk menghasilkan green diesel mulai Desember mendatang. Kedua, PT Pertamina akan mengolah 6 ribu barel CPO per hari menjadi green avtur mulai Desember 2022.

        Pada April 2020 lalu, PT Pertamina juga sudah mulai memproduksi bensin hijau di green refinery di Plaju, Sumatera Selatan, dengan tingkat oktan sama dengan Pertamax. Pengembangan green refinery, PT Pertamina ini diharapkan akan memberikan dampak ganda berupa peningkatan nilai ekonomi minyak sawit di Indonesia dan menekan impor bahan bakar fosil mentah yang selama ini membuat neraca dagang, transaksi berjalan hingga nilai tukar rupiah tekor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: