Elektabilitas Naik, Figur AHY yang Terzalimi Ingatkan Jejak SBY, Kubu Moelodko: Wajar Playing Victim
Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY dan Moeldoko sama-sama sedang adu kuat di kisruh Partai Demokrat. Tapi, untuk urusan survei capres, AHY juaranya. Dia selalu masuk enam besar capres 2024. Sementara Moeldoko jarang masuk. Meskipun masuk, biasanya di urutan buncit. Ibarat lintasan balap, AHY di depan, Moeldoko ketinggalan jauh.
Dalam survei capres pilihan anak muda yang digelar Indikator Politik Indonesia (IPI) misalnya, AHY berada pada enam besar dengan 4,1 persen. Sedangkan juaranya ada Anies 15,2 persen, Ganjar 13,7 persen, dan Ridwan Kamil 10,2 persen.
Baca Juga: Kembali 'Diserang' Mantan Kader Demokrat, AHY Kena Gugat Rp5 Miliar
Kemudian, ada Sandiaga Uno 9,8 persen dan Prabowo Subianto 9,5 persen. Sementara di bawah AHY ada Erick Thohir 1,5 persen, Tito Karnavian 1,2 persen, dan Puan Maharani 1,1 persen. Ada juga Gatot Nurmantyo, Khofifah Indar Parawansa, Ma’ruf Amin, Budi Gunawan, Bambang Soesatyo, Airlangga Hartarto, Mahfud MD, serta Muhaimin Iskandar, mereka memperoleh angka di bawah satu persen. Sedangkan nama Moeldoko, tidak masuk.
Survei IPI digelar 4-10 Maret 2021. Total sampel yang berhasil diwawancara sebanyak 1.200 responden warga negara Indonesia berusia 17-21 tahun. Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen
Di survei lain juga sama. AHY selalu lebih bagus dari Moeldoko. Lihat saja hasil survei capres dari Center for Political Communication Studies (CPCS), AHY berada di ranking 4 dengan tingkat elektabilitas 6,3 persen. Meskipun, rankingnya mepet dengan Ganjar Pranowo, persentase elektabilitas AHY sebetulnya masih terpaut jauh dengan Gubernur Jawa Tengah itu.
Ganjar membukukan elektabiltas 14,7 persen atau 2 kali lipat lebih tinggi dari AHY. Sementara Ridwan Kamil di urutan 2, meraup 20,6 persen dan Prabowo di puncak dengan 20,6 persen.
Menariknya, elektabilitas AHY naik secara konsisten sejak Maret 2020. Meskipun pelan. Dari 1,4 persen, naik menjadi 1,8 persen di bulan Juli 2020. Lalu naik tipis lagi menjadi 1,9 persen di November 2020. Lonjakan drastis baru diketahui pada hasil survei Maret 2021. Yakni mencapai 6,3 persen.
Survei CPCS digelar, 5-15 Maret 2021. Jumlah respondennya, 1.200 orang dari seluruh provinsi di Indonesia. Responden dipilih secara acak dari survei sebelumnya sejak 2019. Survei dilakukan melalui sambungan telepon. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K menilai, naiknya elektabilitas AHY secara siginifikan di Maret tidak terlepas dari prahara yang tengah menerpa partai berlogo mercy itu sekitar 2 bulan terakhir. KLB yang digelar awal Maret lalu, kemudian menobatkan Moeldoko, sosok dari lingkaran Istana sebagai ketua umum, membuat publik jadi simpati kepada AHY.
“Figur AHY yang terzalimi mengingatkan saat ayahnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) naik ke panggung kekuasaan pada tahun 2004,” kata Okta dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan mengatakan, melejitnya elektabilitas AHY adalah sebuah keniscayaan. Namun, bukan karena efek prahara Demokrat semata.
“Tapi juga rangkaian panjang empat tahun aktivitas politik yang dijalaninya. Termasuk apa yang terjadi dua bulan terakhir ini (prahara Partai Demokrat) sebagai batu ujian AHY memimpin partai,” kata Hinca, kepada Rakyat Merdeka tadi malam.
Seperti diketahui, AHY mulai terjun ke dunia politik sejak September 2017. Ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kemudian dalam setahun terakhir, ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Hinca meyakini, dalam empat tahun terakhir ini, dukungan publik yang kepingin AHY menjadi calon pemimpin baru masa depan, terus menguat. “Survei-survei itu adalah cermin atas sikap publik yang memberikan dukungannya,” sambungnya.
Anggota Komisi III DPR itu memproyeksikan, popularitas dan elektabilitas AHY ke depan akan terus menanjak sebagai efek kematangan AHY dalam menghadapi upaya kudeta.
“Menurut saya, ke depan ini popularitas dan elektabilitasnya AHY akan terus menaik, karena makin matang termasuk menghadapi permasalahan yang sedang terjadi saat ini,” tandasnya
Lalu apa tanggapan kubu Moeldoko? Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat kubu Kongres Luar Biasa (KLB) Marzuki Alie menilai melejitnya elektabilitas AHY bukan hal yang luar biasa. Apalagi secara persentase, elektabilitasnya masih jauh di bawah figur lainnya. Seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, hingga Prabowo Subianto. “Playing victim, itu wajar mas,” kata Marzuki, kepada Rakyat Merdeka, semalam.
Soal belum masuknya nama Moeldoko dalam survei Capres 2024, mantan Ketua DPR itu tak mau ambil pusing. Karena konsentrasi pihaknya saat ini bukan Pilpres, tapi bagaimana menyelamatkan Partai Demokrat dari politik dinasti. “Itu prinsip utama. Menang kalah, nanti Tuhan yang kasih jalan,” sambungnya.
Inisiator KLB lain, Max Sopacua juga mengaku tak mau diseret terlalu jauh ke Pilpres 2024. Menurutnya, survei Capres itu hanya akan mengacaukan misi mereka untuk menyelamatkan partai. “Jadi kalau Pak Moel tidak masuk, itu wajar-wajar saja. Karena belum ada program ke sana. Kita selesaikan dengan Kemenkumham dulu,” kata Max dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka, semalam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq