Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko dipilih sebagai ketua umum Partai Demokrat periode 2021-2025 melalui Kongres Luar Biasa (KLB) di The Hills Hotel and Resort, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat 5 Maret 2021. KLB tersebut diselenggarakan kelompok yang berseberangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) .
Pasca ditetapkannya sebagai ketua umum Partai Demokrat hasil KLB itu, Moeldoko yang merupakan mantan panglima TNI itu jarang muncul ke publik. Hanya para pendukungnya yang aktif menyerang kubu AHY maupun datang ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk urusan daftar susunan kepengurusan.
Baca Juga: Aduh! Demokrat Kian Kusut, Moeldoko Bikin AHY Terancam Gak Ikut Pilpres 2024!
Saat konferensi pers di lokasi proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 25 Maret 2021 terkait polemik Partai Demokrat, Moeldoko juga tidak menampakkan batang hidungnya. Hanya para pendukungnya, antara lain Max Sopacua, Darmizal dan M Rahmad yang berbicara di konferensi pers itu.
Apakah ini berarti Moeldoko sedang fokus mengatur strategi? Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio dan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyampaikan analis mereka.
"Ya paling benar memang strateginya saat ini memantau sambil menunggu keputusannya Pak Yasonna (Menkumham, red), mana yang dikasih SK," ujar Hendri Satrio kepada SINDOnews, Sabtu (27/3/2021).
Menurut Hendri, jarang munculnya Moeldoko belakangan ini menimbulkan tanda tanya yang beragam.
"Termasuk apakah ketidakmunculan Moeldoko di publik ini memang diminta Pak Jokowi? Kita enggak tahu juga ya. Tapi ya itu hak Pak Moeldoko lah, kan sekarang artis beliau, dicari dan ditunggu. Seleb, kita tunggu aja," pungkas Hendri Satrio.
Analisis berbeda disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah.
"Diamnya Moeldoko tentu bisa ditafsir jika ia sadar perolehan posisinya sebagai Ketum Demokrat Sibolangit tidak sesuai dengan harapan, tentu kecemasan itu membuatnya tak banyak mengemuka," kata Dedi Kurnia Syah kepada SINDOnews secara terpisah.
Di luar itu, kata Dedi, Moeldoko perlu menjaga situasi Istana tetap kondusif. "Dengan tidak muncul tentu konflik Demokrat akan riuh hanya antar Demokrat dan kubu KLB," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami