Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Awas, Iran Pasang Mesin Pengayaan Uranium Canggih di Natanz

        Awas, Iran Pasang Mesin Pengayaan Uranium Canggih di Natanz Kredit Foto: Reuters
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan, Iran telah memasang mesin pengayaan uranium atau sentrifugal canggih di pabrik pengayaan uranium bawah tanah (FEP) Natanz. Hal ini memperdalam pelanggaran Iran terhadap kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) dengan negara-negara besar.

        Sebelumnya, pabrik pengayaan uranium bahwa tanah di Natanz mengalami ledakan dan pemadaman listik yang merusak mesin. Televisi pemerintah Iran telah menunjukkan bahwa mesin yang rusak itu telah diganti dengan mesin baru.

        Baca Juga: Perundingan Nuklir Wina, Ini Langkah Berani Arab Saudi di Hadapan Iran

        Laporan IAEA tidak menjelaskan secara detail berapa jumlah sentrifugal yang dipasang. Badan tersebut mengatakan, mesin canggih yang dipasang memiliki spesifikasi lebih tinggi dari sebelumnya. Laporan tersebut tidak menyebutkan ledakan atau pengaruhnya terhadap aktivitas pabrik.

        "Pada 21 April 2021, IAEA memverifikasi di FEP bahwa enam kaskade hingga 1.044 sentrifugal IR-2m dan dua kaskade hingga 348 sentrifugal IR-4 dipasang, di mana beberapa di antaranya telah digunakan," kata laporan IAEA kepada negara-negara anggota, mengacu pada Pabrik Pengayaan Bahan Bakar bawah tanah di Natanz.

        Menurut laporan sebelumnya, IAEA memverifikasi pada 31 Maret bahwa Iran menggunakan 696 mesin IR-2m dan 174 mesin IR-4 di FEP. Laporan pada Rabu (21/4/2021) adalah bukti terbaru bahwa Iran terus melakukan pemasangan mesin-mesin canggih tersebut.

        Pemasangan itu memungkinkan Iran memproduksi uranium yang diperkaya di pabrik pengayaan bahan bakar bawah tanah (FEP) di Natanz dengan sentrifugal IR-1 generasi pertama, yang jauh kurang efisien daripada model-model canggih.

        Dalam laporan itu juga disebut, Iran mengatakan kepada IAEA bahwa mereka berencana untuk memasang empat kaskade lagi, atau kelompok sentrifugal IR-4 di FEP, di mana kedua kaskade IR-4 yang direncanakannya sekarang telah terpasang.

        Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir (pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran di bawah Presiden Donald Trump, yang keberatan dengan kesepakatan itu dan berusaha untuk menghancurkannya. Iran menanggapi pada 2019 dengan melanggar banyak pembatasan kesepakatan pada aktivitas nuklirnya.

        Siaran langsung

        Sebelumnya Iran meluncurkan sebuah mesin pengayaan uranium canggih di pabrik nuklir bawah tanah Natanz, untuk memperingati Hari Teknologi Nuklir Nasional. Presiden Iran Hassan Rouhani hadir dalam acara peluncuran mesin canggih tersebut.

        Dalam sebuah video siaran langsung yang disiarkan di TV pemerintah, Rouhani memerintahkan injeksi gas uranium ke 164 mesin pengayaan IR-6, 30 mesin IR-5, dan mesin baru dengan kode IR-9 yang memilili kapasitas pengayaan setara 50 mesin IR-1 awal.

        Dengan mesin baru IR-9, Iran berpotensi memperbesar pelanggarannya terhadap JCPOA. Perjanjian nuklir itu dibuat untuk memastikan bahwa Iran tidak melanggar batas maksimal pengayaan uranium yang dikhawatirkan oleh berbagai negara akan digunakan untuk kepentingan militer.

        Dalam peluncuran mesin baru pengayaan nuklir, Rouhani mengungkapkan 133 perkembangan industri nuklir selama setahun terakhir. Rouhani mengatakan, industri nuklir Iran sebagian besar digunakan di bidang kedokteran, listrik, pertanian dan energi, kata televisi pemerintah. Rouhani menegaskan bahwa semua aktivitas nuklir Iran bertujuan untuk perdamaian.

        "Sekali lagi, saya menekankan bahwa semua aktivitas nuklir kami untuk tujuan damai dan non-militer. Kami terus berkomitmen pada janji kami untuk NPT (perjanjian non-proliferasi) dan kepada dunia untuk tidak menyimpang secara militer dari program nuklir kami," kata Rouhani.

        Pada 2018 di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat (AS) keluar dari JCPOA dan memberikan sanksi ekonomi kepada Iran. Sejak AS keluar dari JCPOA, Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium dan melanggar batas yang telah ditetapkan. Hingga Februari lalu, Iran telah melanggar batas maksimal pengayaan uranium hingga  20 persen.

        Iran menegaskan bahwa mereka akan kembali mematuhi pembatasan pengayaan uranium sesuai kesepakatan JCPOA. Namun Iran meminta AS untuk mencabut semua sanksi yang telah membuat perekonomian mereka terpuruk.

        Presiden AS Joe Biden berniat untuk membawa AS kembali ke JCPOA. Namun AS menginginkan Iran terlebih dahulu membuktikan komitmennya mematuhi batasan pengayaan uranium sesuai kesepakatan. Apabila Iran telah menjalankan komitmennya, maka AS akan mencabut semua sanksinya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: