Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Hidup Pendiri Kacang Garuda, Dulu Dibully Kini Jadi Pengusaha Sukses nan Mandiri

        Kisah Hidup Pendiri Kacang Garuda, Dulu Dibully Kini Jadi Pengusaha Sukses nan Mandiri Kredit Foto: YouTube/Coach Yudi Chandra
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sudhamek Agoeng Waspodo Soenjoto (AWS) adalah bos Garuda Food. Dhamek bercerita dalam video YouTube bertajuk "Dulu Diejek Sekarang Sukses | Kisah Nyata Bos Garuda Food Sudhamek AWS" bahwa semasa remaja, ia kerap dibully dan diejek.

        Bahkan, kakaknya sendiri mengatakan Dhamek adalah anak pungut yang akan dikirim ke Sri Lanka untuk menjadi biksu. Meski ejekan anak pungut ini tidak benar, namun perihak dikirim ke Sri Langka benar adanya. Namun, orang tua Dhamek membela sehingga ia tak jadi pergi ke Sri Langka dan akhirnya berkeluarga.

        Baca Juga: Korupsi Gila-gilaan di Afrika, Pengusaha Israel Ini Masuk Daftar Hitam era Joe Biden

        Saat sekolah SMA, karena Dhamek dari Rembang yang bersekolah di sekolah terbaik di Semarang, Jawa Tengah, teman-temannya mengejek Dhamek anak kampung. Terlebih, namanya yang Sudhamek membuatnya semakin dianggap kampungan. Dahulu, nama itu menjadi momok yang memalukan bagi Dhamek, tetapi setelah ia mencari tahu arti nama itu, ia sadar betapa orang tuanya memiliki makna dan harapan mendalam melalui nama tersebut.

        Pernah suatu hari, Dhamek dibonceng sepeda motor tetapi temannya yang mengendarai motor tersebut kebut-kebutan hingga membuat Dhamek takut. Lalu, temannya yang lain hanya menonton kejadian tersebut sambil tertawa terbahak-bahak. Dhamek mengakui kejadian tersebut sempat membuatnya luka batin.

        Bahkan, bisnisnya melalui Garuda Food yang terkenal dengan kacang garuda sempat dipandang sebelah mata. Seorang konsultan sempat menolak saat ia hendak memasang iklan di stasiun televisi. Katanya, memasang iklan kacang hanya akan menurunkan rating. Kita semua tahu bahwa sering ada ejekan-ejekan negatif terkait 'kacang'.

        Namun, kejadian-kejadian yang membuat Dhamek terluka itu justru menjadikannya hari ini. Di dalam dirinya, muncul energi yang membuatnya termotivasi untuk lebih baik lagi.

        Pada tahun 1990an, saat bisnis Kacang Garuda booming dan Garuda Food mendapatkan omzet Rp200 miliar pertamanya, Dhamek sangat bahagia.

        "Yes, akhirnya saya bisa buktikan bahwa bisnis kacang bukan bisnis kacangan," ujarnya.

        Dhamek sendiri mengaku bersyukur atas sifat yang ia miliki, yakni menjadikan cemoohan sebagai energi amarah yang ia salurkan secara positif.

        Meski demikian, Dhamek tidak pernah dendam kepada orang-orang yang menyakitinya. Sebagai seorang Buddha, ia diajarkan bahwa 'ini terjadi karena ada itu' yakni hubungan sebab-akibat.

        "Justru saya harus berterima kasih dan bersyukur atas kejadian-kejadian itu," ujar Dhamek.

        Lebih lanjut, Dhamek mengungkap bahwa setiap kali ia hendak membuat keputusan besar, ia akan berdiskusi dengan tim. Karena menurutnya, berdiskusi membuat Dhamek menyadari apa yang ia pikirkan bisa saja dikoreksi.

        Dhamek bercerita, saat ia berkuliah, ia sempat melakukan tes psikologi secara gratis. Saat itu, ia diminta untuk menggambar pohon, dan secara psikologis terlihat bahwa Dhamek memiliki potensi yang besar tetapi memiliki masalah sosial juga.

        Dari situ, Dhamek berniat untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya agar potensinya dapat keluar secara maksimal. Sejak itu, Dhamek memperbaiki dirinya dari hal-hal kecil sehingga hari ini, ia bisa bersosialisasi dengan siapapun, dari kalangan manapun.

        "Orang pintar akan kalah dengan orang yang rajin," tutur Dhamek.

        Ia mengakui dirinya tidak pintar, tetapi ia rajin dan memiliki keinginan kuat atas hal yang diinginkan.

        "Kalau kamu menyerah, kamu bisa berhenti di sini," ujarnya menyemangati dirinya sendiri.

        Dhamek juga bercerita bahwa nasihat-nasihat terbaik yang terima dalam hidup berasal dari ibunya. Ibu Dhamek hanya sekolah sampai kelas 3 SD tetapi di mata Dhamek, sang ibu adalah sosok yang visioner.

        Ibunya pernah mengatakan bahwa ilmu tidak berat dibawa kemana-mana. Ilmu akan menetap di diri orang yang belajar sampai kapanpun. Itulah yang menjadikan Dhamek terus belajar. Ibunya juga mengajarkan untuk hidup rendah hati.

        Setelah lulus kuliah, Dhamek sempat bekerja di perusahaan orang lain sebelum akhirnya berbisnis sendiri. Hal tersebut ternyata sempat disesalkan oleh sang ayah karena ayah Dhamek sudah mendirikan pabrik biskuit untuknya di Rembang.

        Namun, Dhamek justru merasa semakin membebani orang tuanya. Ia pun pamit untuk bekerja ikut orang lain. Dan hal itu disesali oleh ayahnya.

        "Ayah adalah seorang pengusaha, meski kecil tetapi bisa menjadi raja di perusahaannya sendiri," ujar Dhamek.

        Meski demikian, akhirnya karena sempat bekerja di perusahaan besar, Dhamek bisa membesarkan perusahaan keluarganya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: