Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Standar Ganda! Teriak-teriak Larang Iran, Eh Amerika Malah Kebut Produksi Plutonium

        Standar Ganda! Teriak-teriak Larang Iran, Eh Amerika Malah Kebut Produksi Plutonium Kredit Foto: Undark
        Warta Ekonomi, Washington -

        Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyetujui proyek bernilai miliaran dollar untuk meningkatkan produksi plutoniumnya. Pada saat yang sama, Washington menekan Iran kembali ke perjanjian internasional yang dirancang untuk mengekang program nuklir Teheran.

        Administrasi Keamanan Nuklir Nasional (NNSA), badan federal yang bertanggung jawab untuk penelitian nuklir dan pembuatan senjata di AS, telah menyetujui fase desain pertama untuk proyek baru tersebut.

        Baca Juga: Alerta! Panglima Komando Strategis Amerika Bikin Pernyataan Mengejutkan Soal Plutonium China

        "Setidaknya 30 pits plutonium per tahun akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan keamanan nasional," kata NNSA dalam sebuah pernyataan, yang dikutip SINDOnews.com dari situs web badan tersebut, energy.gov, Jumat (30/4/2021).

        Menurut NNSA, Proyek di Laboratorium Nasional Los Alamos, New Mexico, tersebut akan menelan biaya sekitar USD2,7 miliar hingga USD3,9 miliar dan dapat diselesaikan antara tahun 2027 hingga 2028.

        Pits plutonium adalah cangkang plutonium seukuran bola bowling, dan merupakan komponen penting dalam hulu ledak nuklir.

        Langkah untuk meningkatkan produksi plutonium adalah tawaran oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menutupi kekurangan hampir tiga dekade negara itu dalam jumlah bahan yang menurut NNSA diperlukan untuk persenjataan nuklir Amerika.

        Pada saat yang sama ketika menyusun rencana untuk meningkatkan persediaan plutonium Amerika, pemerintahan Biden telah berulang kali meminta Iran untuk membatasi program nuklirnya dan kembali ke ketentuan kesepakatan nuklir 2015.

        Pembicaraan tidak langsung AS-Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan—yang secara resmi bernama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)—telah berlangsung di Wina selama tiga minggu terakhir.

        Di bawah kesepakatan itu, Iran awalnya setuju untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi, tetapi pada 2018 pendahulu Biden; Donald Trump, menarik AS keluar dari JCPOA 2015 dan kembali memberlakukan sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran.

        Teheran kemudian mulai melanggar komitmennya berdasarkan kesepakatan itu.

        Biden mengatakan dia ingin AS bergabung kembali dengan JCPOA— tetapi pertama-tama ingin Iran membuat konsesi dengan mengurangi jumlah dan tingkat kemurnian uranium yang diproduksi dan disimpannya.

        Teheran mengatakan tidak akan mengubah pendekatannya sampai Washington mencabut sanksi.

        Pada hari Kamis Mikhail Ulyanov, duta besar Rusia untuk Badan Energi Atom Internasional, yang merupakan salah satu mediator pada negosiasi JCPOA, memberi pengarahan kepada Utusan Khusus AS untuk Iran Robert Malley tentang pembicaraan tersebut.

        "Kami melakukan diskusi rinci dan sangat berguna tentang topik utama yang sedang dipertimbangkan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina tentang pemulihan penuh JCPOA," kata Ulyanov dalam sebuah pernyataan di Twitter.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: