Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Cryptocurrency Bubble?

        Apa Itu Cryptocurrency Bubble? Kredit Foto: Unsplash/Pierre Borthiry
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Munculnya cryptocurrency adalah salah satu inovasi sistem keuangan yang paling luar biasa dalam satu dekade terakhir. Properti futuristik dan perilaku harga yang ekstrem telah menarik liputan media secara masif, serta perhatian dari berbagai pakar dan peneliti keuangan.

        Sebagian besar cryptocurrency diketahui memiliki harga yang tidak stabil, juga mengalami kenaikan dan penurunan harga yang drastis dan ambruk dalam beberapa tahun terakhir. Ini telah memicu banyak perbincangan tentang apakah cryptocurrency akan mengalami ‘bubble' dan bagaimana cryptocurrency harus diatur sedemikian rupa.

        Baca Juga: Bank Kripto Di India Ajak Para Penggemar Cryptocurrency Bantu Lawan Covid-19

        Cryptocurrency Bubble, Prediksi Hancurnya Nilai Mata Uang Crypto

        Prediksi runtuhnya nilai spekulatif dalam cryptocurrency telah diteliti oleh banyak ahli di bidang ekonomi dan keuangan.

        Bitcoin dan cryptocurrency lainnya telah diidentifikasi sebagai 'gelembung' atau bubble yang sewaktu-waktu dapat 'pecah', atau dengan kata lain nilainya akan jatuh. Permasalahan dari cryptocurrency ini terus menjadi perbincangan oleh beberapa pakar, peneliti, gubernur bank sentral, dan investor.

        Dari Januari hingga Februari 2018, harga Bitcoin turun sebanyak 65 persen. Pada September 2018, MVIS CryptoCompare Digital Assets 10 Index telah kehilangan 80 persen nilainya, membuat penurunan pasar mata uang kripto, dalam persentase, lebih besar daripada ledakan bubble Dot-com pada tahun 2002 silam.

        Pada November 2018, total kapitalisasi pasar untuk Bitcoin turun di bawah US$100 miliar untuk pertama kalinya sejak Oktober 2017, dan harga Bitcoin turun di bawah US$4.000, mewakili penurunan 80 persen dari puncaknya pada bulan Januari sebelumnya. Bitcoin mencapai titik terendahnya di angka Us$3.100 pada Desember 2018. Dari 8 Maret hingga 12 Maret 2020, harga Bitcoin turun 30 persen dari US$8.901 menjadi US$6.206. Pada Oktober 2020, Bitcoin berada di angka sekitar US$13.200.

        Pada November 2020, Bitcoin kembali melampaui level tertinggi sebelumnya sepanjang masa di atas US$19.000. Setelah mengalami lonjakan pada 3 Januari 2021 dengan US$34.792,47, Bitcoin jatuh sebanyak 17 persen pada keesokan harinya. Bitcoin telah diperdagangkan di atas US$40.000 untuk pertama kalinya pada 8 Januari 2021 dan mencapai US$50.000 pada 16 Februari 2021. Namun, per 19 Mei 2021 ini, harga Bitcoin jatuh menjadi US$36.900.

        Prediksi Nilai Bitcoin yang Mulai Jatuh

        Meskipun Anda belum pernah mendengarnya, bubble merupakan salah satu tanda nilai dari mata uang crypto telah turun. Misalnya, nilai bitcoin (BTC) akhir-akhir ini telah jatuh. Nilai crypto yang sedang crash ini disebabkan oleh penurunan sebanyak 25% dalam curva tajam secara tiba-tiba.

        Kondisi ini dapat dilihat dari harga bitcoin yang jatuh pada awal Maret dan kemudian jatuh lagi pada awal April. Bagi orang-orang yang percaya, ini adalah semacam jeda yang singkat dalam peningkatan nilai menuju US$1 juta. Namun, bagi orang lain itu adalah pertanda bahwa Bitcoin telah mencapai puncaknya.

        Jadi jika dijabarkan menggunakan kurva, BTC telah mencapai atau telah berada di masa puncaknya dan juga masih berada dalam periode bearish sebelum mengalami kenaikan berikutnya berjalan di sekitar halvening berikutnya. Ada perasaan bahwa crypto telah berubah dari pasar bullish yang koheren menjadi pasar yang tidak koheren, di mana tidak mungkin untuk melihatnya melalui tren yang mendasarinya.

        DeFi atau Decentralized Finance (keuangan terdesentralisasi) telah berubah dari sistem keuangan terpadu menjadi suatu hal yang mudah kehilangan nilainya dan NFT (token yang tidak dapat dipertukarkan) telah mengalami kejatuhan pertamanya, bubble and bust cycle.

        Cryptocurrency, DeFi, NFT, dan lainnya yang telah hadir atau yang akan lahir akan berada dalam posisi generational bull, jadi posisinya tidak akan berubah. Tetapi jika bitcoin telah mencapai masa puncaknya, semua akan menanggung bagian dari siklus crypto yang cukup berdampak, yaitu bubble.

        Cryptocurrency Terbukti Memiliki Volatilitas yang Tinggi

        Harga Bitcoin naik hampir sembilan kali lipat selama setahun terakhir di tengah hiruk pikuk spekulatif dan penerimaan yang lebih luas. Pendiri Tesla Elon Musk awal tahun ini mengatakan pembuat mobil listrik akan menerima bitcoin untuk pembayaran, dan beberapa bank Wall Street membuat ketentuan bagi pelanggan yang tertarik dengan cryptocurrency.

        Pada saat yang bersamaan, Coinbase, bursa crypto terbesar, sedang go public dengan penawaran langsung di dewan Nasdaq. Perusahaan ini memiliki 56 juta pengguna yang terverifikasi dan melaporkan pendapatan US$1,8 miliar untuk kuartal pertama. Pasar mengharapkan valuasinya mencapai US$100 miliar.

        Baca Juga: DisCas Didukung Penggemar Cryptocurrency Se-Dunia

        Namun belum lama ini, Elon Musk kembali memberikan pernyataan menghebohkan di acara Saturday Night Live yang berdampak anjloknya nilai dari Dogecoin dan Bitcoin. Menurut Elon Musk, masyarakat harus tetap cermat dan hati-hati jika ingin berinvestasi di mata uang crypto. Survei dari Bank of America juga telah menunjukkan bahwa kekhawatiran para investor sedang bergeser.

        Di Amerika Serikat sendiri terjadi kekhawatiran yang melanda dunia keuangan. Jika sebelumnya Covid-19 hadir sebagai ketakutan pasar yang terbesar, kini telah bergeser menjadi kekhawatiran tentang amukan pasar obligasi jika Federal Reserve mengurangi pembelian asetnya lebih awal, diikuti oleh inflasi yang terjadi di sana. Oleh karena itu, beberapa investor pun memandang bitcoin sebagai pelindung nilai inflasi, pada dasarnya sebagai tempat untuk menyimpan uang saat harga sedang naik.

        Akan tetapi, kita perlu mewaspadai terjadinya bubble yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Bisa kita ambil contoh harga bitcoin yang anjlok selama 24 jam terakhir. Untuk itu, bijaklah dalam memilih dan menggunakan instrumen investasi yang sesuai.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Patrick Trusto Jati Wibowo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: