Teriakan Rakyat saat Rudal Israel Hujam Tanah Gaza: Baru 2 Jam Tidur, Tiba-tiba Boom!
Warga Gaza mengisahkan mereka hidup dalam ancaman terus-menerus dalam beberapa hari terakhir. Abeer Z Barakat, seorang warga Central Gaza, menuturkan, tak ada tidur nyenyak di Gaza belakangan.
"Baru dua jam kami tidur, tiba-tiba 'bum!' jatuh bom Israel tak jauh dari rumah kami," kata dia dalam wawancara dengan Republika, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Tolong! Saudara Muslim di Gaza Nyatakan Kewalahan Tangani Korban Serangan Israel
Ia juga menuturkan, sering kali roket Israel jatuh di Gaza pada waktu-waktu shalat wajib. "Pernah sekali waktu roket jatuh di dekat rumah kami saat kami sedang bersujud. Itu sujud paling indah yang pernah saya rasakan," kata Abeer menjelaskan ketenangan hatinya saat itu.
Mengingat ancaman itu, menurut Abeer, ia memilih tidur dengan hijab lengkap karena bom-bom militer Israel terus berjatuhan. Menurutnya, itu ia lakukan karena ingin tetap dalam keadaan tertutup jika meninggal tiba-tiba akibat serangan Israel.
Abeer mengaku, tak ingin auratnya terbuka seandainya gugur dalam pengeboman dan disoroti dunia. "Kami belajar dari pengeboman 2014. Saat itu, perempuan dan gadis remaja terekam dalam piyama dan gaun malam saat pengeboman," kata Abeer.
"Dan kami," kata Abeer melanjutkan, "selalu berdoa, jika terbunuh, kami meninggal sebagai syuhada."
Dalam perbincangannya dengan Republika, ia juga menyangkal klaim Israel bahwa serangan ke Gaza merupakan reaksi dari Israel atas roket-roket Hamas.
"Mulanya kami di Masjid al-Aqsha (pada penyerangan akhir Ramadhan lalu) meminta bantuan pimpinan di Gaza. 'Tolong kami, kami terkepung,'" ia menuturkan.
Ia melanjutkan, pimpinan Hamas kemudian menjawab permintaan tolong itu dengan ancaman bagi pasukan Israel untuk meninggalkan al-Aqsha sekurangnya pukul 18.00 pada Senin (7/5/2021) jika tak mau roket meluncur ke Tel Aviv. Ultimatum itu tak digubris Israel sehingga roket diluncurkan dan dibalas pengeboman yang sejauh ini mengakibatkan seratusan korban jiwa, termasuk anak-anak.
"Jadi, ini bukan reaksi. Ini kesempatan yang sudah mereka (Israel) tunggu- tunggu," kata Abeer.
Seorang WNI yang berada di Gaza, Abdillah Onim, mengatakan, saling serang rudal antara Israel dan pejuang Palestina masih berlangsung. Di tengah banyaknya korban berjatuhan, bantuan kemanusiaan dari luar belum bisa masuk ke wilayah Jalur Gaza.
Onim yang juga penggagas Nusantara Palestina Center (NPC) menyampaikan, kondisi di rumah sakit juga makin buruk.
"Para petugas medis melayani pasien Covid19 dan korban agresi Israel. Sebelumnya, sehari bisa ada 300 orang kasus baru dan lima sampai sepuluh orang yang meninggal," ujar dia.
Ia mengatakan, NPC pada akhir pekan lalu telah menyalurkan bantuan obat-obatan yang bersifat sangat darurat di Rumah Sakit As-Syifa. Di antaranya, obat pembiusan, cairan infus, antibiotik, obat penghilang rasa sakit, dan lain-lain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: