Setelah Tewaskan Ratusan Orang, Israel Akhirnya Setuju Gencatan Senjata
Israel akhirnya menyetujui gencatan senjata dengan kelompok militan Palestina Hamas, setelah bertempur lebih dari sepekan dan menewaskan ratusan orang.
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas, pertempuran selama 11 hari itu telah menewaskan 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak.
Sementara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan layanan darurat negara tersebut mengungkap, sedikitnya 12 orang di Israel - termasuk 2 anak-anak- tewas ditembak militan Palestina dari Gaza.
Baca Juga: Muhammadiyah Sentil Telak Hendropriyono Soal Palestina dan Israel
Kepada CNN, pemimpin senior Hamas mengatakan, gencatan senjata di bawah persyaratan yang ditengahi Mesir, dimulai pada Jumat (21/5) pukul 2 dini hari waktu setempat. Meski pengumuman resmi dari Pejabat Perdana Menteri Israel belum menyebut waktu gencatan senjata yang disepakati.
"Kabinet Keamanan bersidang malam ini. Dengan suara bulat, kami menerima rekomendasi dari semua elemen keamanan - Kepala Staf, Kepala Shin Bet, Kepala Mossad, dan Kepala Dewan Keamanan Nasional - menerima Inisiatif Mesir untuk gencatan senjata tanpa syarat timbal balik, yang akan berlaku pada satu jam untuk disepakati kemudian," demikian pernyataan Kantor Perdana Menteri Israel.
Organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada anak-anak (UNICEF) menyebut, IDF yang telah melakukan serangkaian pemboman udara yang menghancurkan Gaza, menargetkan jaringan terowongan Hamas yang luas dan infrastruktur lainnya.
"Sekitar 72 ribu warga Gaza kini telah mengungsi," kata UNICEF, Rabu (19/5).
IDF menyebut, militan Palestina telah menembakkan lebih dari 4.000 roket ke Israel. Jeda terlama dalam tembakan roket dari Gaza, yang mencapai lebih dari 8 jam, terjadi pada Rabu (19/5) malam hingga Kamis, (20/5). Sementara aksi militer Israel berlanjut.
Pernyataan Kantor Perdana Menteri menegaskan, IDF akan diinstruksikan untuk memulai kembali kampanyenya melawan kelompok militan di Gaza, jika kelompok militan dianggap gagal menjaga kesepakatan.
"Pimpinan politik menekankan, kenyataan di lapangan akan menentukan langkah untuk keputusan militer," begitu bunyi pernyataan tersebut.
Tekanan Internasional
Gencatan senjata antara Israel dan Palestina dilakukan, menyusul upaya diplomatik yang terkesan terburu-buru dalam mendorong aksi tersebut.
Presiden AS Joe Biden dan pemerintahannya terus menyerukan pesan di Israel dalam beberapa hari terakhir. Termasuk, dalam panggilan keempat Biden dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (19/5).
Selain itu, Biden juga mengontak Presiden Mesir Fattah Al Sisi. Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan mitranya dari Israel, Gabi Ashkenazi, dan menegaskan AS akan memantau upaya menuju gencatan senjata.
Baca Juga: Habib Rizieq Bicarakan Syariah dan Khilafah: Kasihan Jaksa Tak Mengerti Ajaran Islam
Dalam konferensi pers di Greenland, Blinken mengatakan, dia telah berbicara dengan sejumlah mitranya dalam 24 jam terakhir terkait konflik Isarel-Palestina.
Selain itu, Blinken juga mengaku telah mendengar ungkapan keprihatinan yang mendalam dan serentak dari seluruh dunia, atas kematian orang-orang Palestina dan Israel yang tidak bersalah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga tak tinggal diam. Ia menyerukan gencatan senjata dengan segera, dalam pidatonya yang berapi-api di New York.
"Jika ada neraka di Bumi, itulah kehidupan anak-anak di Gaza hari ini," kata Gutteres dalam sambutannya.
"Bahkan, perang pun memiliki aturan. Pertama dan terpenting, warga sipil harus dilindungi," imbuhnya.
Permusuhan antara Israel dan Hamas belakangan ini, tercetus dari ketegangan selama beberapa minggu di Yerusalem. Saat sekelompok keluarga Palestina menghadapi penggusuran dari rumah mereka di Yerusalem Timur, demi kepentingan nasionalis Yahudi.
Selain itu, juga ada serangkaian insiden di akhir Ramadan lalu, yang dianggap sangat provokatif oleh warga Palestina. Termasuk, penutupan tempat pertemuan populer di dekat Kota Tua, dan masuknya polisi Israel ke dalam Masjid Al Aqsa dalam beberapa kesempatan.
Bentrokan rutin di dalam dan sekitar kompleks masjid pun kerap terjadi. Warga Palestina yang hanya bermodal batu, harus menghadapi polisi Israel yang membombardir dengan granat kejut dan peluru karet. Akibat kejadian ini, ratusan warga Palestina dan beberapa petugas polisi Israel mengalami luka-luka. [HES]
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti