Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hmmm… Sikap Eropa terhadap Sawit Itu Lucu Yaa

        Hmmm… Sikap Eropa terhadap Sawit Itu Lucu Yaa Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sudah lebih dari empat dekade, berbagai isu negatif terus dimunculkan untuk memojokkan minyak kelapa sawit dan produk turunannya. Tidak hanya dituding perusak lingkungan dan tidak baik bagi kesehatan, industri sawit nasional juga difitnah telah banyak memusnahkan orang utan.

        "Memang ada orang utan yang mati, tapi hanya satu, dan itu pun bukan dilakukan oleh pelaku industri perkebunan sawit," kata Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, seperti dikutip dari elaeis.co.

        Baca Juga: Kemampuan Kebun Sawit Kurangi Emisi Gas Tak Perlu Diragukan

        Lebih lanjut dijelaskan Arif, pihak Eropa tersebut tidak pernah melihat perkebunan sawit di Indonesia secara komprehensif.

        "Mereka tidak melihat bahwa kita saat ini telah melakukan moratorium sawit selama bertahun-tahun. Di zaman Presiden SBY juga pernah dilakukan moratorium. Mereka benar-benar tak mau melihat kalau kita telah melakukan banyak perbaikan di industri sawit nasional," tegas Arif.

        Senada dengan hal ini, Wakil Ketua III Gapki, Togar Sitanggang, justru mengatakan, "Eropa itu enggak mau yang segar-segar dari Indonesia. Mereka maunya yang bekas-bekas saja."

        Togar menjelaskan, Eropa terus-menerus memfitnah sawit asal Indonesia dan berencana menghambat minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) agar tidak dijadikan bahan baku biodiesel bagi industri transportasi di Eropa.

        "Namun di saat yang sama, Eropa justru banyak menyerap minyak jelantah kita untuk pembuatan biodiesel mereka. Lah, minyak jelantah itu dari mana? Dari sawit juga kan?" ungkap Togar.

        Upaya pelarangan penggunaan CPO Indonesia dalam pembuatan biodiesel di Eropa direncanakan mulai tahun 2030 melalui Kebijakan Arahan Energi Terbarukan atau Renewable Energy Directive (RED II). RED II menggolongkan minyak kelapa sawit dalam kategori high-risk Indirect Land Use Change (ILUC) atau pengalihan penggunaan lahan yang memiliki risiko tinggi. Akibatnya, minyak kelapa sawit dinilai berkontribusi pada deforestasi dan perubahan iklim.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: