Sikap cepat tanggap yang dilakukan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Moeldoko membagikan obat penangkal Covid-19 Ivermectin kepada warga masyarakat daerah zona hitam Covid-19 di Kabupaten Kudus, dan Kota Semarang, Jawa Tengah, harus dijadikan keteladanan bagi warga negara lainnya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Komite Nasional Pemuda Indonesia (DPP KNPI), Varhan Abdul Azis, menilai empati yang ditunjukkan dengan langkah nyata di lapangan tersebut tersebut dinilai merupakan bentuk kepedulian yang jauh lebih baik daripada hanya berpangku tangan dan menyebar data data saja tanpa solusi nyata. Baca Juga: Tepok Jidat! Moeldoko Kasih Obat Cacing ke Pasien Covid-19, Kena Sentil Deh!
Dalam rilisnya, Minggu (13/6/2021), Varhan juga mengatakan, di tengah kesulitan hidup akibat Covid-19 dan segala dampaknya, warga masyarakat, terutama rakyat kecil kian terhimpit penderitaan. Selain dicekam kekhawatiran akan terpapar wabah virus Corona, masyarakat kecil semakin didera kesulitan ekonomi sebagai dampak meluasnya wabah. Baca Juga: Digadang-gadang Jadi Kandidat Top Pilpres 2024, Moeldoko Diburu Banyak Parpol
“Karena itulah, peran para aghniya yakni kalangan yang memiliki kemampuan, berdaya secara ekonomi serta mempunyai pengaruh luas di masyarakat, sepatutnya aktif membantu mereka yang kesulitan itu sesuai dengan kemampuan yang ada,” kata Varhan.
“Langkah Pak Moeldoko sebagai Ketum HKTI ini bentuk respons cepat dan solutif untuk atasi kondisi darurat di daerah daerah itu, dan ini jauh lebih baik daripada hanya berpangku tangan dan sebarkan data data saja tanpa aksi di lapangan," tegas Varhan.
Akan halnya Ivermectin sendiri, menurut Varhan, Indonesia bisa belajar dari pengalaman pahit India. Negara yang baru-baru ini mengalami kondisi sangat darurat Covid-19 itu, berhasil keluar dari krisis Covid-19 dengan cara yang sederhana, yaitu dengan membagikan Ivermectin secara massal. Dengan pasokan gratis obat tersebut ke setidaknya empat provinsi paling parah, India berhasil menurunkan 80 sampai 90 persen kasus Covid-nya dalam waktu cepat.
Berdasarkan riset kecil yang dilakukannya, menurut Varhan, Ivermectin yang merupakan obat antiparasit yang sudah ada sejak 39 tahun yang lalu itu tergolong ampuh.
“Wajar bila obat ini mendapat julukan “Wonder Drug” atau “Obat Ajaib” yang memenangkan Hadiah Nobel tahun 2015,” kata dia.
Selain itu, pengalaman menunjukkan bahwa Ivermectin sangat aman, murah dan efektif sebagai obat yang telah digunakan oleh 3,7 miliar orang di seluruh dunia. Saat ini, kata Varhan, sebagaimana keterangan resmi produsen obat tersebut di Indonesia, PT Harsen Laboratories, Invermectin telah membawa India dan 16 negara lain, seperti Slovakia, Mexico, Peru, dan lain-lain, kepada kondisi yang lebih baik dalam hal pandemi Covid-19.
Menunjuk artikel berjudul “Ivermectin Obliterates 97 percent of Delhi cases”, Varhan mengatakan, hanya dalam lima pekan krisis COVID-19 di New Delhi berkurang sangat signifikan.
Menurut Varhan, inilah saat paling tepat bagi kaum aghniya untuk menunjukkan solidaritas social mereka sebagai sesama anak bangsa, di tengah krisis kesehatan yang membawa dampak ke seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa ini. Sebaliknya Varhan mengingatkan, manakala kalangan yang berdaya tersebut melupakan kewajiban sosial mereka, warga masyarakat kecil pun tidak berarti tidak memiliki catatan-catatan mereka sendiri.
“Catatan itulah yang akan menentukan sikap mereka ke depan, melihat siapa saja yang patut dihormati seiring bersatunya kata dengan perbuatan, serta siapa yang tega membiarkan warga menjalani kesulitan mereka sendiri tanpa sedikit pun mengulurkan tangan,” kata Varhan.
Sebagaimana beredar luas di media massa, Kabupaten Kudus mengalami lonjakan dalam keterpaparan Covid-19 sehingga mencapai kondisi yang mengkhawatirkan. Menanggapi keadaan darurat dengan berjatuhannya korban Covid-19 itu, Ketua Umum HKTI Moeldoko bertindak cepat memelopori penyebaran Ivermectin, yang disebut-sebut sebagai obat yang terbukti ampuh melawan Covid-19. Moeldoko membagikan secara gratis dosis Ivermectin tersebut gratis kepada ribuan warga yang sedang dalam perawatan di rumah sakit maupun yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Moeldoko mengatakan, keadaan darurat bisa diibaratkan rumah terbakar yang baru bagian depannya dilalap api. Adalah hal yang ganjil bila menunggu api melahap seluruh rumah, baru berbuat sesuatu.
"Demikian pula kejadian kasus Covid-19 di Kudus yang telah menjadi zona hitam, yang dengan cepat bisa menyebar ke kota-kota lain. Kita sudah harus waspada, bersiap diri dan bahkan mengatasinya sedini mungkin,"kata Moeldoko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil