Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ada Vaksinasi, DBS Proyeksi Ekonomi AS Tumbuh Lebih dari 6%

        Ada Vaksinasi, DBS Proyeksi Ekonomi AS Tumbuh Lebih dari 6% Kredit Foto: Unsplash/K8
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Meningkatnya pendistribusian vaksin menjadi sinyal baru yang menggembirakan bagi pemulihan ekonomi pasca Covid-19. Hal  ini dapat dilihat dari perekonomian Amerika Serikat (AS) dan sebagian Eropa yang beberapa waktu terakhir menunjukkan pemulihan kuat.

        "Kami tidak bermaksud mengatakan bahwa dunia telah berbelok arah dalam perjuangannya melawan pandemi. Namun perkembangan terakhir di AS dan sebagian Eropa menunjukkan pemulihan yang kuat. PDB AS diperkirakan akan tumbuh lebih dari +6% tahun ini, dari -3,5% tahun lalu," ujar Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook dalam publikasi DBS 3Q21 CIO Insights: Hope into Reality secara virtual di Jakarta, kemarin.

        Namun demikian, dengan pemulihan berbentuk “V” ini, kekhawatiran inflasi yang tercermin dari lonjakan harga komoditas telah muncul kembali. Akankah Federal Reserve melepaskan langkahnya dan mengurangi kebijakan stimulusnya? Jika demikian, apakah sentimen bullish akan berbalik arah?

        Baca Juga: Alhamdulillah, Pertumbuhan Ekonomi Sumut Mulai Membaik

        Baca Juga: Aktivitas Ekonomi Global Membaik, ICP Mei Menguat

        Menanggapi hal ini, Hou Wey Fook mengatakan, Bank of Canada yang diikuti Bank of England termasuk di antara bank sentral pertama yang mengurangi pembelian obligasi, dan yang lainnya diperkirakan akan mengikuti. 

        Namun, dia yakin mereka akan mengkomunikasikan bahwa suku bunga akan tetap nol untuk jangka waktu yang cukup lama.

        "Kecuali kenaikan tajam dalam upah dan harga eceran, meningkatnya inflasi akan menjadi risiko yang dapat dikelola dan The Fed diperkirakan akan mempertahankan akomodasi moneter," tuturnya.

        Menurutnya, pelajaran "taper tantrum" pada Mei 2013, di mana imbal hasil obligasi melonjak, akan menyebabkan Fed mengambil jalan lambat dalam menarik stimulus moneternya, terutama karena mereka melihat angka inflasi yang meningkat saat ini bersifat sementara. 

        Di samping itu, tingginya tingkat likuiditas yang tidak diinvestasikan, dirinya tetap konstruktif pada prospek aset berisiko.

        "Kami terus menganjurkan agar Anda tetap berinvestasi dalam ekuitas, obligasi, dan emas melalui pendekatan portofolio Barbell kami," jelasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: