Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Antisipasi Rumah Sakit Collapse, MER-C Hadirkan Lagi Program Isomantau

        Antisipasi Rumah Sakit Collapse, MER-C Hadirkan Lagi Program Isomantau Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keterisian tempat tidur berbagai rumah sakit di Indonesia sudah hampir penuh bahkan sebagian melebihi kapasitas (overload) akibat lonjakan pasien Covid-19. Melihat kondisi tersebut, MER-C Indonesia kembali menghadirkan program Isolasi Mandiri Terpantau (Isomantau) untuk membantu mengurangi beban pasien di RS.

        Presidium MER-C Indonesia Yogi Prabowo menjelaskan salah satu penyebab kondisi tersebut adalah rasa panik dan takut masyarakat Indonesia.

        Baca Juga: Darurat Rumah Sakit, Oksigen, dan Obat-Obatan, Fraksi PKS Desak Pemerintah Hadir

        “Rasa kepanikan dan ketakutan ini bisa menyebabkan kegagalan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini berbahaya. Karena bisa menimbulkan kematian komunitas,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (5/7/2021).

        Setelah mengetahui diri mereka terkonfirmasi positif, mereka langsung mengunjungi RS, padahal bisa jadi gejala yang mereka alami berada di fase tanpa gejala hingga gejala ringan yang masih bisa ditangani dengan melakukan isolasi mandiri.

        “Sedangkan RS tidak bisa menolak pasien. Jadi yang terancam meninggal bukan hanya pasien Covid. Covid ringan bisa jadi sedang, pasien berat bisa meninggal, dan pasien non-Covid juga bisa meninggal,” tambahnya.

        Oleh sebab itu, MER-C menjalankan kembali program Isomantau yang sebelumnya sempat berhenti.

        “Isomantau sempat kita stop, tapi satu bulan terakhir kita lihat kasusnya meningkat, jadi kita adakan lagi. Ini sudah berjalan sejak 30 Juni 2021, sekitar 5–6 hari,” jelas Tasykuru Rizqa, salah satu dokter perwakilan MER-C Indonesia.

        Program Isomantau diperuntukkan bagi pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang memiliki gejala sedang atau tanpa gejala. Relawan medis MER-C Indonesia akan memantau kondisi pasien yang telah mendaftar di program ini.

        "Pasien Isomantau bisa kita beritahukan kapan bisa selesai isolasi, kapan harus PCR, kita juga bisa kasih saran soal medis seperti obat apa yang dibutuhkan. Dukungan psikososial terhadap pasien sangat dibutuhkan karena ada pasien yang cemas merasa harus ke UGD, padahal bisa dirawat di rumah," terangnya.

        Tasykuru menyampaikan hingga sejauh ini sudah ada 171 pasien yang mendaftar program Isomantau. Berdasarkan hasil screening, terdapat 122 orang yang layak melakukan Isomantau, sedangkan yang tidak memenuhi persyaratan Isomantau ada 38 orang.

        Persyaratan Isomantau yang tidak terpenuhi biasanya mencakup tiga hal, yaitu domisili pasien, kondisi gejala pasien, dan kelayakan tempat tinggal.

        "Yang tidak layak ini pertama karena domisi. Program Isomantau kita buka di DKI saja. Kemudian, kalau pasien sudah gejala sedang, itu tidak bisa dilakukan Isomantau, harus dirujuk ke faskes yang lebih tinggi. Lalu jika rumah pasien tidak punya kamar terpisah, itu otomatis tidak boleh untuk melakukan isolasi mandiri," kata Tasykuru.

        Tasykuru menyatakan program ini akan terus berlanjut jika kondisi RS masih overload dan baru akan berhenti jika kondisi di kemudian hari sudah lebih terkontrol.

        "Ini akan terus kita lakukan sambil kita evaluasi, apakah program ini harus kita teruskan atau distop jika kondisinya lebih baik di kemudian harinya," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: