Negara Termiskin Tinggal Menunggu Kekacauan Usai Presiden Didor hingga Tewas
Sekelompok orang bersenjata lengkap menyerbu kediaman Presiden Haiti, Jovenel Moise yang berada di kawasan perbukitan ibu kota Port-au-Prince, Rabu (7/7/2021) dini hari.
Moase yang berusia 53 tahun ditembak beberapa kali. Dia meninggal dalam kejadian tersebut.
Baca Juga: Mantan Tentara Kolombia Ditahan Polisi Terkait Pembunuhan Presiden Haiti
Terdapat 12 luka tembak di tubuhnya, menurut informasi yang diutarakan Hakim Agung Carl Henry Destin.
Kantor dan kamar tidur Mose digeledah orang-orang bersenjata itu.
Dia belakangan ditemukan terbaring dalam posisi telentang dan berlumuran darah, kata sang hakim kepada surat kabar Le Nouveliste.
Ibu Negara, Martine Moase (47 tahun), juga terluka dalam serangan itu.
Dia diterbangkan ke Florida, Amerika Serikat. Kondisinya dikabarkan kritis tapi stabil.
Tiga anak pasangan itu, Jomarlie, Jovenel Jr dan Joverlein, dilaporkan berada dalam "lokasi yang aman".
Namun peristiwa brutal pada dini hari itu tidak berakhir di situ. Beberapa jam kemudian, baku tembak mematikan antara polisi dan orang-orang bersenjata itu pecah di Port-au-Prince.
Kepala Kepolisian Haiti, Léon Charles, menyebut empat tersangka tewas sementara dua lainnya ditahan.
Kepolisian masih memburu para pelaku lain.
"Mereka akan dibunuh atau ditangkap," kata Charles.
Siapa dalang pembunuhan Presiden Haiti?
Pelaksana Tugas Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph, menyebut orang-orang bersenjata itu tentara bayaran.
Menurut Joseph, mereka adalah orang asing yang berbicara dalam bahasa Inggris dan Spanyol. Bahasa resmi Haiti adalah Kreol dan Prancis.
Namun Menteri Komunikasi Haiti mengonfirmasi bahwa ada orang Haiti di antara para pelaku.
Sebuah video yang dirilis setelah kejadian itu memperlihatkan orang-orang bersenjata lengkap berpakaian hitam di luar rumah Presiden Haiti.
Mereka terdengar berteriak dalam bahasa Inggris, "Operasi DEA (Badan Narkotika Amerika Serikat). Semua orang tiarap!"
Merujuk keterangan kepolisian, orang-orang yang membunuh Jovenel Moïse itu terdiri dari 28 warga negara asing.
Kepala kepolisian Haiti menyebut 26 orang dari mereka berkewarganegaraan Kolombia dan dua sisanya berpaspor AS keturunan Haiti.
Delapan di antara mereka masih buron. Sisanya, termasuk dua yang berpaspor AS telah ditangkap.
"Mereka adalah pasukan yang dipersiapkan dan dipersenjatai dengan baik, dengan lebih dari enam mobil dan banyak peralatan," kata Menteri Urusan Pemilihan Umum Haiti, Mathias Pierre.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: