Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pandemi Covid-19 Melanda, Indef Sebut Terjadi Kenaikan Angka Kemiskinan dan Pengangguran

        Pandemi Covid-19 Melanda, Indef Sebut Terjadi Kenaikan Angka Kemiskinan dan Pengangguran Kredit Foto: Antara/R Rekotomo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef, Mirah Midadan, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020 hingga saat ini menyebabkan ketimpangan makin terus melebar. Beberapa di antaranya melingkupi aspek kemiskinan dan pengangguran.

        Mirah mengatakan, ketimpangan yang terjadi antara di perkotaan lebih signifikan dibandingkan yang terjadi di perdesaan, yang dinilainya relatif stabil. Dari tahun 2014-2019 misalnya, ia menyebutkan terjadi penurunan yang cukup konsisten terhadap penduduk miskin dan perkotaan.

        Baca Juga: Indonesia Masuk Kategori Negara Kelas Menengah ke Atas, Indef: Sayang Cuma Bertahan Setahun

        "Setelah ada pandemi, tingkat ketimpangan di kota, desa, dan nasional memang mengalami peningkatan," ujarnya diskusi virtual bertajuk Pandemi Tak Tuntas Indonesia Turun Kelas, Selasa (13/7/2021).

        Lebih lanjut, Mirah menyebut, penduduk miskin di pedesaan makin berkurang juga memiliki pengaruh positif terhadap angka kemiskinan nasional. Sebab, berdasarkan persebaran, penduduk miskin didominasi oleh penduduk miskin yang tinggal di pedesaan.

        "Yang menarik penduduk miskin di pedesaan di tahun 2020 itu sebenarnya stabil turun sedikit dibandingkan tahun 2019. Penduduk miskin kita di pedesaan tahun 2020 kurang lebih di angka 12,8 persen dari persentase penduduk miskin," katanya.

        Sementara, penduduk miskin di perkotaan cenderung mengalami peningkatan dan berdampak kepada jumlah penduduk miskin secara nasional. Pertumbuhan penduduk miskin di perkotaan pada tahun 2020 mengalami peningkatan cukup tajam, yakni sebesar 10 persen.

        "Hal ini memiliki keterkaitan dengan banyaknya PHK belakangan ini," ujarnya.

        Mirah menyebut, membicarakan kemiskinan tidak bisa dilepaskan dengan angka pengangguran yang memiliki kontribusi begitu besar. Merujuk data Badan Pusat Statistik, tahun 2020 provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi, disusul oleh Provinsi Banten, dan Provinsi Jawa Barat.

        "Karena di daerah-daerah itu merupakan kawasan industri, tempat pertumbuhan ekonomi kita. Berarti, dampak efek pandemi benar terasa di tiga daerah ini. Banyaknya angka PHK menjadi pengaruh angka positif terhadap angka pengangguran di provinsi," katanya.

        Adapun persentase pengangguran berdasarkan pendidikan, posisi tertinggi ditempati oleh berlatar belakang Sekolah Menengah Atas (SMA) berada angka 27 persen. Disusul kemudian yang berlatar belakang Sekolah Menengah Kejuruhan (SMK) yang berada pada angka sekitar 19 persen.

        "SMK itu kan lulusannya dipersiapkan untuk langsung kerja tapi dari tahun 2011 itu trennya meningkat terus sebagai kontributor pengangguran terdidik tertinggi di Indonesia setelah SMA. Ini seperti ada yang salah dari sisi kurikulum pendidikan yang berarti tidak siap untuk menghasilkan output untuk bersaing di pasar dunia kerja kita," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: