Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Genjot Pengembangan EBT, PLN Tambah Kapasitas Pembangkit Berbasis Hidro

        Genjot Pengembangan EBT, PLN Tambah Kapasitas Pembangkit Berbasis Hidro Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT PLN (Persero) menargetkan tambahan pembangkit berbasis hidro sepanjang tahun 2021. Langkah ini untuk mendukung upaya PLN meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di sektor kelistrikan. Hingga Juni 2021, realisasi penambahan kapasitas PLTA dan PLTM telah mencapai 142,8 MW.

        "Proyek-proyek ini merupakan wujud nyata transformasi PLN melalui aspirasi Green dengan terus meningkatkan bauran EBT dalam penyediaan listrik nasional," ujar Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN, Agung Murdifi, Senin (9/8/2021).

        Baca Juga: Blok Rokan Kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi, PLN Jaga Pasokan dan Keandalan Listrik

        Agung menyebutkam, pembangkit hidro yang telah mendapatkan Sertifikat Layak Operasi hingga semester I 2021 di antaranya adalah PLTM Cikaso 3 berkapasitas 9,9 MW, PLTM Cibuni Mandiri 2 MW, PLTM Cikandang 6 MW, PLTM Lawe Sikap 7 MW, PLTM Cibanteng 4,2 MW. Selain itu, ada PLTM Kumbi Sedau 0,9 MW, PLTM Gunung Wugul 3,3 MW, PLTM Parmonangan-2 10 MW, PLTM Pelangai Hulu 9,8 MW, dan PLTA Malea 90 MW.

        Realisasi target masih dapat terus bertumbuh seiring dengan perkembangan proyek pembangkit. Pasalnya, merujuk pada RUPTL 2019-2028, potensi pengembangan PLTA dan PLTM di Indonesia mencapai kisaran 9 Gigawatt (GW). Sejauh ini, PLN telah mengembangkan PLTA dan PLTM dengan total kapasitas sebesar 5.214 MW.

        "Dari total kapasitas Pembangkit EBT sebesar 7.999 MW yang saat ini beroperasi, porsi kapasitas pembangkit hidro (PLTA dan PLTM) merupakan penyumbang terbesar di antara pembangkit EBT lainnya," jelasnya.

        Untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada, lanjut Agung, perlu ada strategi pengembangan PLTA dan PLTM lewat skema murni dikembangkan oleh PLN. Tidak hanya itu, kerja sama atau sinergi BUMN seperti halnya menggandeng Kementerian PUPR dalam hal pemanfaatan bendung atau waduk multiguna, atau kerja sama melalui skema IPP (swasta).

        "PLN telah berkomitmen untuk mendukung pengembangan energi bersih secara berkelanjutan ke depan. Semoga seluruh target tersebut dapat tercapai dengan baik," tegasnya.

        Sejauh ini, beberapa proyek PLTA yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional dan diharapkan dapat beroperasi dalam waktu dekat juga telah menunjukkan perkembangan yang baik. Misalnya, PLTA Jatigede berkapasitas 110 MW yang kini progresnya mencapai 86,06 persen dan PLTA Peusangan 1 & 2 berkapasitas 87 MW dengan progress di kisaran 87,02 persen. Dalam upaya pengembangan energi bersih yang berkelanjutan, PLN pun mengaku membuka peluang untuk bekerja sama dengan para pengembang dari dalam maupun luar negeri.

        "PLN membuka peluang bagi pengembang atau investor, baik lokal maupun internasional, dalam pengembangan pembangkit EBT Hidro dengan berlandaskan prinsip Good Corporate Governance (GCG)," ujar Agung.

        PLN telah menyiapkan transisi menuju energi bersih sebagai respons terhadap perubahan iklim dan tren penggunaan EBT secara global. Hal ini melandasi perseroan dalam menyiapkan berbagai langkah pengembangan pembangkit berbasis EBT di Kawasan Indonesia Timur. PLN pun telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan konversi pembangkit dari sumber-sumber berbasis fosil ke EBT.

        Pada tahap pertama, PLN akan melakukan konversi PLTD di 200 lokasi ke EBT. Semua ini menurutnya merupakan bagian dari komitmen PLN untuk memenuhi target 23 persen EBT pada bauran energi pada 2025. Komitmen yang sama ditegaskan untuk pencapaian net zero emission pada 2060.

        Selain konversi PLTD ke pembangkit berbasis EBT, pihaknya pun mengaku telah menyiapkan peta jalan juga untuk melakukan pensiun bertahap bagi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dimiliki.

        "Kami menyiapkan peta jalan retirement (pensiun) PLTU batu bara untuk mencapai karbon netral pada 2060. Tahapan monetisasi PLTU batu bara sebesar 50,1 GW hingga 2056 akan dilaksanakan dan menggantinya dengan EBT secara bertahap," papar Agung.

        Untuk pembangunan pembangkit EBT, PLN akan melakukannya dengan cermat. Apabila di suatu daerah suplai listriknya sudah melebihi kapasitas, penambahan pembangkit perlu diselaraskan dengan kebutuhan sistem.

        "Pertama, keselarasan supply dan demand. Kedua, affordability (keterjangkauan) dan berikutnya sudah barang tentu environmental (aspek lingkungan)," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: