Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) RI, Harvick Hasnul Qolbi mengungkapkan ada dua hal penting untuk membuat generasi muda tertarik dan memulai bisnis di sektor pertanian, yaitu trust dan income.
Menurutnya, trust sebagai keterbukaan pemerintah dan komunikasi yang baik dengan masyarakat, hal ini berkaitan dengan ruang lingkup pertanian yang mudah diakses, seperti pengadaan benih, pupuk, proses tanam, distribusi, teknologi pertanian dan sebagainya. Baca Juga: Investasi Tanah Bikin Bill Gates Jadi Pemilik Lahan Pertanian Terbesar di AS, Apa Alasannya?
“Kedua, soal income, tanpa penghasilan yang pasti dan memadai, mustahil membuat milenial tertarik kepada pertanian. Ini terkait dengan bagaimana membuat harga stabil dan memberikan informasi harga yang pasti kepada masyarakat,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/8/2021). Baca Juga: Market Share Kredit Pertanian Capai 28%, BRI Dorong Sektor Pertanian Terus Tumbuh di Masa Pendemi
Lebih lanjut, ia juga menyampaikan hingga kini Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian sudah mencapai Rp43,6 triliun atau 62,3 persen dari target Rp70 triliun pada 2021.
Wamentan pun meminta agar sektor perbankan mempermudah akses permodalan. Hal ini untuk membantu anak-anak muda yang ingin menekuni bisnis pertanian.
“Jadi saya juga berharap kawan-kawan di perbankan mau menstimulasi lebih tinggi lagi, memberikan kontribusi dari sektor finansial. Saya sudah berkomunikasi dengan para dirut (direktur utama) bank pemerintah maupun swasta untuk mempermudah akses permodalan supaya anak-anak muda ini tertarik, tidak sulit mengakses dana,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistiyowati menjelaskan upaya bank plat merah dalam mendukung sektor pertanian salah satunya ialah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ia mencatat, penyaluran KUR ini terus tumbuh setiap tahunnya.
Wanita yang akrab disapa Susi ini mengungkapkan, hingga Juli 2021 ini, total KUR BNI ke sektor pertanian mencapai Rp39,7 triliun atau tumbuh 21,7 persen.
“Kualitas kreditpun masih terjaga dan ini terlihat juga bahwa di tengah pandemi Covid-19 dengan tingkat NPL 0,7 persen dan per NPL 2,4 persen dibawah rata-rata rasio dalam empat tahun terakhir,” ungkapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel mengatakan bahwa keberadaan petani dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, terutama dalam ketersediaan pangan. Menurutnya, tanpa adanya petani, maka kebutuhan pangan Indonesia akan bergantung kepada impor dari negara luar.
“Apalagi, ketika kondisi saat ini pandemi Covid-19 yang menyebabkan masalah pangan menjadi nomor satu. Ketika orang harus berdiam diri di rumah, kalau tidak ada petani yang bisa memproduksi kebutuhan pangan kita, kita harus ngemis-ngemis ke negara luar,” tuturnya.
Guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Hermanto Siregar menilai sektor pertanian memiliki prospek bisnis yang baik. Sehingga ia pun mendorong agar para kaum millenial tidak takut untuk terjun ke dalam sektor pertanian.
“Para Milenial kita harus memiliki keyakinan bahwa cabang-cabang usaha pertanian banyak memiliki prospektif, apalagi kita melihatnya secara keseluruhan dari usaha tani sampai kepada yang lainnya,” ujarnya.
Senada dengan Prof. Hermanto, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi juga turut mengajak kaum milenial untuk terjun ke sektor pertanian. Sebab menurutnya, ada banyak peluang bisnis di pertanian yang perlu mendapatkan sentuhan kaum milenial.
“Banyak sekali peluang bisnis di sektor pertanian seperti hortikultura, misalnya. Ini milenial senang sekali karena komoditasnya komersial. Pasarnya bagus bahkan (bisa) ekspor. Tantangan ada, permodalan juga cukup. Itu kebanyakan komoditas-komoditas tanaman hias, sayuran, buah luar biasa dan untungnya juga jelas,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil