Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tak Hafal Nama Parpol Dianggap Radikal, MUI Geram: Kacau Logikanya, Penyesat!

        Tak Hafal Nama Parpol Dianggap Radikal, MUI Geram: Kacau Logikanya, Penyesat! Kredit Foto: Foto/Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Kiyai Muhammad Cholil Nafis menyebut anggapan tak hafal nama partai politik (parpol) sebagai ciri-ciri radikal merupakan pernyataan yang menyesatkan.

        Hal itu disampaikan Kiyai Cholil menanggapi komentar pakar militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati tentang beberapa ciri radikal yang salah satunya soal tak hafal nama parpol. Kemudian, dia juga menyindir soal anggapan Susaningtyas tentang Bahasa Arab adalah ciri terorisme.

        “Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab maka dikiranya sumber terorisme atau dikira sedang berdoa hahaha. Ini bukan pengamat tapi penyesat,” ujarnya, dikutip dari Hops.id - jaringan Suara.com, Kamis (9/9/2021).

        Baca Juga: Sebut Ahmadiyah Sesat, MUI Harap Kasus Perusakan Masjid Diselesaikan Lewat Jalur Hukum

        “Masak tak hafal nama-nama parpol dianggap radikal, nanti kalau tak kenal nama-nama menteri dikira tak nasionalis. Kacau nihh logikanya,” katanya lagi.

        Sebelumnya, Pakar militer dan intelijen Susaningtyas Nefo Kertopati mengungkap kalau saat ini banyak sekolah di Indonesia sudah berkiblat pada Taliban. Hal ini bukan sekadar omong kosong belaka, sebab fakta ini sudah menjadi penelitian umum yang dilakukan oleh sejumlah universitas, termasuk UI.

        Hal ini diungkapkan Susaningtyas dalam program Crosscheck, dikutip Hops.id, Selasa 7 September 2021. Salah satu ciri-ciri sekolah Indonesia yang berkiblat ke Taliban, kata dia, para anak didiknya termasuk sang guru tak mau hormat ke bendera.

        “Mereka juga tak mau pasang foto presiden dan wapres. Lalu mereka tak mau menghafal menteri-menteri, tak mau menghafal parpol-parpol,” kata dia.

        Gerakan sekolah yang berkiblat pada Taliban ini, tentu harus diwaspadai. Karena sekolah merupakan pabrik pencetak para pemimpin negeri di masa depan, sekolah pula yang mencerdaskan bangsa.

        Maka itu, kasus ini dianggap harus menjadi perhatian bagi Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama, BIN, BNPT, TNI dan Polri.

        Lebih jauh, eks anggota DPR Komisi I ini juga mengatakan, sejauh ini sudah banyak pihak yang mengendorse kalau Taliban tak membahayakan bagi Indonesia. Pihak-pihak itupula yang kini mulai getol memperkenalkan Taliban versi baru ke rakyat RI.

        Padahal itu semua, kata dia, cuma akal-akalan belaka. “Saya syok mendengar itu, bagaimana ada orang-orang yang sebut Taliban akan baik-baik saja, perempuan akan diurus dengan baik, bahkan sekelas pimpinan universitas juga bicara demikian,” katanya.

        Terlepas dari itu, Susaningtyas menganggap Taliban tetap bisa menjadi ancaman bagi RI. Dirinya melihat betul bagaimana efek Taliban sudah mulai merusak sekolah-sekolah di Indonesia.

        Baca Juga: Ngabalin Ultimatum New FPI: Pendukung Taliban-Khilafah Tidak Ada Tempat, Ingat Itu!

        “Bagaimana saya tak khawatir, anak muda kita sudah tak mau lagi hormat pada bendera RI, tak mau menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lalu diperbanyak bahasa Arab.”

        “Bukan berarti Arab itu memiliki konotasi teroris, namun kalau arahnya ke terorisme bahaya. Karena sebenarnya mereka juga ingin berkuasa, ingin punya kekuasaan, tapi mereka ingin berkuasa dengan cara mereka sendiri,” katanya.

        Maka itu, dia berharap ke depan pihak intelijen dapat membangun komunikasi dengan Taliban untuk mengetahui apa yang sebenarnya tengah mereka inginkan saat ini. Indonesia sendiri butuh data itu demi kehidupan damai ke depan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: