Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Analisis Efek Perpindahan Ibu Kota Negara Diungkap Ekonom: Keuntungannya Nyaris Nol

        Analisis Efek Perpindahan Ibu Kota Negara Diungkap Ekonom: Keuntungannya Nyaris Nol Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ekonom senior Fadhil Hasan mencoba menganalisis efek perpindahan ibu kota negara (IKN) ke Provinsi Kalimantan Timur dengan pendekatan kuantitatif. Hasilnya, perpindahan IKN diperkirakan tidak memberikan dampak yang signifikan sebagaimana klaim pemerintah selama ini.

        "Dari sisi pertumbuhan ekonomi jangka pendek, [perpindahan IKN] hanya memberikan kontribusi persentase perubahan sebesar 0,01%, sementara untuk jangka panjang hampir nol," kata Fadhil dalam diskusi daring Narasi Institute, Jumat (15/10/2021).

        Baca Juga: Suryadi: Biaya Pembangunan Ibu Kota Negara Baru Berpotensi Melonjak Berkali Lipat

        Hal serupa juga terjadi pada aspek penyerapan tenaga kerja. Fadhil melihat kontribusi perpindahan IKN terhadap penyerapan tenaga kerja hanya dirasakan oleh Kalimantan Timur yang menjadi lokasi tujuan perpindahan IKN. Sedangkan di provinsi lain tak terlihat adanya pengaruh yang signifikan.

        "Sementara untuk investasi riil juga hanya memberikan dampak sebesar 0,17% [jangka pendek] dan 0,21% [jangka panjang]," tambahnya.

        Kemudian, dampak jangka pendek perpindahan IKN terhadap sektor ekspor juga tidak signifikan. Bahkan, efek jangka panjangnya memperlihatkan pergerakan tren yang menurun hingga minus 0,22%.

        "Jadi, dalam konteks ini, saya melihat tidak ada dampak yang signifikan sebagaimana klaim-klaim selama ini, bahwa [perpindahan IKN] ini akan menciptakan sumber pertumbuhan baru, meratakan perekonomian nasional, sebagai magnet baru bagi ekspor industri, dan sebagainya," ujar Fadhil.

        Ekonom itu meminta pemerintah melakukan pertimbangan terkait perpindahan IKN dengan pendekatan yang lebih kuantitatif. "Argumen-argumen kualitatif yang selama ini kita dengarkan itu penting kita lakukan, tapi saya kira dengan adanya studi-studi yang sifatnya kuantitatif, justru akan bisa memberikan argumen yang kuat," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: