Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        2030, Ekonomi RI Tembus Peringkat Tujuh Besar Dunia, Ini Kuncinya

        2030, Ekonomi RI Tembus Peringkat Tujuh Besar Dunia, Ini Kuncinya Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pandemi Covid-19 harus dilihat sebagai pelajaran yang berharga dan menjadi peluang besar untuk Indonesia melangkah ke depan menuju Indonesia Emas 2045.

        Demikian kesimpulan dari webinar yang digelar oleh Ikatan Alumni Harvard di Indonesia, Harvard Club of Indonesia (HCI) yang bertajuk: Bertumbuh di Dunia Pasca-Pandemi: Bagaimana Indonesia Bisa Bangkit dan Berjaya? - Growing in a post-pandemic world: How Can Indonesia Thrive in The Upcoming Post-Covid World? pada Rabu (20/10).

        Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan pandemi Covid-19 memberikan banyak pelajaran penting bagi  seluruh golongan masyarakat di Indonesia.

        Selain tantangan dan pelajaran berharga, pandemi ini juga membuka begitu banyak peluang bagi Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.

        "Kami, di Kementerian Investasi, menganggap pandemi ini sebagai peluang di tengah tantangan. Kenapa saya katakan sebagai peluang, yang pertama kita melakukan reformasi terhadap regulasi kita yang tumpang tindih. Yang kedua, kita diberikan kesempatan untuk melakukan konsolidasi domestik. Kita tahu pada tahun 2020 pada saat pandemi menggoyang ekonomi global sehingga foreign direct investment ke Indonesia turun signifikan, ekonomi kita tetap relatif lebih baik dibandingkan negara lain karena kita ditopang oleh investasi domestik. Nah ini harus dilihat sebagai peluang,” kata Bahlil.

        Lebih lanjut Bahlil menjelaskan bahwa investasi memiliki peran sangat penting dalam rangka mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, bahwa transformasi ekonomi harus didorong untuk mengarah pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Indonesia tidak boleh dikenal dunia sebagai pengimpor bahan baku mentah.

        “Saya berpendapat bahwa dalam proses menggiring kesana, penting melakukan investasi berkelanjutan, salah satu diantaranya kegiatan investasi yang berbasis ekonomi hijau dan ekonomi biru,” jelas Bahlil.

        Senada dengan Bahlil, CEO Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah mengatakan benar bahwa pandemi Covid ini telah memberikan pelajaran penting buat kita semua dengan mengekspos hal-hal yang masih perlu diperkuat di Indonesia.

        Diantaranya sistem dan layanan kesehatan, logistik dan infrastruktur, digital technology, juga kompetensi sumber daya manusia.

        “Pandemi telah mengekspos kelemahan-kelemahan kita, dan saya rasa justru ini bisa jadi kesempatan Indonesia untuk memperbaiki akar masalahnya juga memperkuat area-area tersebut dengan lebih terfokus, seperti antara lain di bidang infrastruktur kesehatan, digital economy, digital infrastructure, kemampuan SDM, dan sustainability,” jelas Ridha.

        Ridha juga mengatakan bahwa INA terus menggali berbagai peluang kolaborasi dengan sejumlah investor baik investor dalam negeri dan investor global untuk berinvestasi di Indonesia.

        Menurutnya para investor memiliki ketertarikan yang tinggi untuk berinvestasi di Indonesia apalagi Indonesia terus membenahi ekosistem investasi, kepastian regulasi, serta proses investasi yang jelas dan transparan.

        “Ketertarikan investor terus tinggi untuk berinvestasi di Indonesia karena kita punya begitu banyak potensi luar biasa. Tugas kita semua adalah untuk memastikan potensi itu dapat direalisasikan. Oleh karena itu, semua elemen pelaku usaha, pemerintah, dan stakeholder terkait harus bergerak bersama menuju satu tujuan,” tutup Ridha.

        Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Arsjad Rasjid optimis target Indonesia sebagai negara dengan ekonomi ke-7 di dunia pada tahun 2030 dapat tercapai.

        Menurutnya ada lima cara untuk merealisasikan hal tersebut. Pertama mendorong teknologi digital untuk meningkatkan sektor pertanian, kedua mempercepat adopsi Industri 4.0 dan ketiga membawa teknologi modern kepada pelaku UMKM.

        Langkah keempat yakni memfokuskan program pelatihan pada kebutuhan masa depan dalam hal ini membangun rantai pasokan dan kekuatan logistik, serta  mengeksekusinya secara konsisten.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Boyke P. Siregar
        Editor: Boyke P. Siregar

        Bagikan Artikel: