Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan Kaspersky: Para Pekerja Lebih Nyaman Kerja Jarak Jauh Meski Beban Pekerjaan Bertambah

        Laporan Kaspersky: Para Pekerja Lebih Nyaman Kerja Jarak Jauh Meski Beban Pekerjaan Bertambah Kredit Foto: Unsplash/ Surface
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menurut survei Kaspersky baru-baru ini terhadap 4.303 pekerja sektor TI (Teknologi Informasi), 54% karyawan telah melaporkan peningkatan beban kerja sejak beralih ke sistem jarak jauh, dengan 18% menggambarkan peningkatan yang signifikan. Selain itu, 37% tidak melihat perubahan volume beban kerja, dan 9% mencatat penurunan lingkup kerja (scope of work) karena kondisi kerja yang baru.

        Pada tahun 2020, digitalisasi interaksi karyawan menjadi salah satu perubahan yang paling cepat. Namun, pada awal masa lockdown, 82% manajerial merasa khawatir bahwa transisi cepat menuju pekerjaan jarak jauh akan menyebabkan penurunan produktivitas dan 69% pekerja mengklaim bahwa pekerjaan jarak jauh memengaruhi kondisi emosional mereka secara negatif.

        Baca Juga: Kaspersky: Pembayaran Digital Wilayah Asia Pasifik Diprediksi Capai 1 Triliun Dolar Lebih

        “Saat mendekati akhir tahun kedua pandemi, kami percaya sekarang adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi kembali implikasi kerja jarak jauh bagi karyawan yang bekerja di sektor TI,” tulis Kaspersky dalam sebuah laporan tertulis, Senin (01/11).

        Meskipun survei mengungkapkan bahwa lebih dari setengah karyawan mengalami peningkatan beban kerja, 64% dari mereka yang disurvei tidak lagi merasa kelelahan dari penerapan sistem kerja jarak jauh. Ini didukung dengan fakta sebanyak 36% melaporkan memiliki lebih banyak energi saat bekerja dari rumah, dan 28% tidak melihat perbedaan antara kedua format (work from office dan work from home).

        Dalam hal stabilitas emosional, format jarak jauh dapat diterima dengan baik oleh karyawan: 67% melaporkan merasa lebih nyaman bekerja dari jarak jauh atau tidak mengalami peningkatan kecemasan akibat lembur, sementara 41% responden bahkan merasa lebih nyaman bekerja dari rumah.

        Namun pada saat yang sama, persentase karyawan yang merasa tidak nyaman berada jauh dari rekan kerja masih cukup signifikan, dengan 36% responden mengatakan mereka merasa lebih lelah dan 33% merasa lebih cemas bekerja dari rumah.

        “Salah satu solusi yang terbukti populer di kalangan karyawan adalah model kerja hybrid. Format ini sangat disukai di kalangan para tenaga kerja, dengan hampir separuh karyawan (45%) beralih ke pekerjaan hibrida pada pertengahan 2021.”

        Solusi lain yang disambut baik adalah dengan menerapkan praktik kesejahteraan perusahaan. Kabar baiknya adalah bahwa banyak bisnis mencari berbagai cara demi membantu mengelola kesejahteraan sumber daya manusia dari potensi kelelahan dalam bekerja.

        Memang, 80% perusahaan berinvestasi dalam kursus pelatihan untuk meningkatkan keterampilan inti, seperti manajemen dan ketepatan waktu (31%). Perusahaan juga menawarkan fasilitas, seperti cuti berbayar tambahan atau cuti tahunan (30%), dan menyediakan konsultasi dan kursus kesehatan online (29%).

        Namun, laporan tersebut juga menunjukkan masih ada tugas yang harus dibenahi untuk mengurangi peningkatan beban kerja di antara para pekerja jarak jauh. Hanya 45% perusahaan yang telah melakukan setidaknya satu tindakan praktikal, seperti otomatisasi operasi keamanan atau merekrut staf tambahan untuk mengatasi kelelahan karyawan.

        Chief Human Resources Officer di Kaspersky, Marina Alekseeva mengatakan aaat ini, kesejahteraan karyawan menjadi fokus banyak organisasi. Sayangnya, menurut Marna, tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua dalam mengembangkan program kesejahteraan karena keberhasilannya bergantung pada kebutuhan semua karyawan. Program tersebut dapat mencakup bantuan psikologis dan praktik konsultasi, program kebugaran, dan layanan konsultasi hukum dan keuangan untuk membantu karyawan mengatasi situasi yang sulit di kehidupan mereka sehari-hari.

        “Namun, penting bagi perusahaan menciptakan budaya yang dapat membuat karyawan nyaman untuk membicarakan keadaan emosional atau masalah mereka dengan manajer atau mitra bisnis SDM mereka,” imbuh Marina.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: