Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perkembangan Baik Indonesia Harus Diiringi Protokol Kesehatan secara Menyeluruh

        Perkembangan Baik Indonesia Harus Diiringi Protokol Kesehatan secara Menyeluruh Kredit Foto: Instagram/Wiku Adisasmito
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia disebut sangat baik. Ditandai terus menurunnya kasus selama kurang lebih tiga bulan belakangan. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyebut, bahkan penularan kasus cukup rendah dengan rata-rata per hari di angka 700 kasus dan kasus aktif sebesar 0,29%.

        Sementara, angka kesembuhan pun sudah berada di angka 96,33%. Perkembangan baik ini terjadi di tengah aktivitas masyarakat yang mulai kembali berjalan, bahkan meliputi pelaksanaan kegiatan berskala nasional dan persiapan kegiatan berskala internasional.

        Baca Juga: Satgas Covid-19 Waspadai Jelang Masa Liburan Natal dan Tahun Baru

        "Hal inilah yang membuat perkembangan baik ini diakui dunia. Bahkan, Center for Disease Control (CEC) saat ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan level 1," kata Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Selasa (2/11/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

        Wiku mengapresiasi seluruh lapisan masyarakat atas pencapaian baik ini karena pencapaian ini diraih melalui upaya berlapis yang terus-menerus dan kontribusi semua pihak, termasuk pembatasan mobilitas dan juga peningkatan cakupan vaksinasi dan disiplin protokol kesehatan pada kegiatan masyarakat.

        Meski demikian, Indonesia perlu mencermati perkembangan kasus Covid-19 secara global. Karena, beberapa negara yang tidak melakukan upaya secara menyeluruh akan berpotensi kembali meningkatnya kasus, seperti di Australia, Singapura, dan Vietnam. Di mana, kasus Covid-19 membutuhkan waktu yang sangat lama untuk ditekan dengan jumlah kasus tidak lebih dari 50 per harinya.

        Australia dan Singapura bahkan cakupan vaksinasinasinya melebihi 60% penduduk. Namun, akibat varian Delta, begitu pembukaan aktivitas justru kasusnya langsung naik tajam hingga 40-90 kali lipat.

        "Hal ini menandakan upaya pembatasan mobilitas yang sangat ketat dan peningkatan cakupan vaksinasi bukanlah solusi tunggal untuk menekan kasus. Karena negara yang melakukan keduanya nyatanya tetap meningkat kasusnya karena aktivitas masyarakat yang tidak sejalan dengan disiplin protokol kesehatan," tegas Wiku.

        Selanjutnya, mencermati perkembangan di Israel, Rumania, dan Ukraina, meski telah melewati lonjakan kasus pertama dan kedua, nyatanya lonjakan kasus ketiga masih terjadi baru-baru ini. Padahal, dengan tingginya warga terkena Covid-19, seharusnya imunitas di tengah masyarakat telah terbentuk sehingga dapat menekan penularan selanjutnya.

        Melihat hal ini, artinya negara yang telah mengalami lonjakan kasus pertama dan kedua pun belum tentu terbebas dari lonjakan ketiga apabila upaya disiplin protokol kesehatan dan peningkatan cakupan vaksinasinya tidak dilakukan dengan baik. Sementara, melihat apa yang dilakukan Indonesia, pada lonjakan kedua pemerintah menerapkan upaya yang berlapis dan menyeluruh. Ada 5 hal yang dilakukan Indonesia hingga penanganan Covid-19 membaik dan penularan kasus rendah.

        Pertama, tingginya kasus positif pada lonjakan kedua menyebabkan meningkatnya jumlah penyintas Covid-19 sehingga kekebalan alami tubuh penyintas meningkat. Kedua, meningkatnya usaha dan cakupan program vaksinasi yang cukup signifikan dalam waktu cepat sehingga berkontribusi membentuk kekebalan tubuh masyarakat yang dibuktikan dengan data sero surveilans.

        Ketiga, upaya pembatasan aktivitas masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah hingga tingkat kabupaten/kota. Upaya ini terus dievaluasi setiap 2 minggu agar efektif menekan penularan. Keempat, upaya pembatasan mobilitas yang tidak hanya dilakukan antarwilayah di Indonesia, teta[i juga dari luar negeri makin meminimalisasi potensi penularan kasus importasi.

        Kelima, pembukaan sektor sosial ekonomi dengan penuh kehati-hatian serta dibarengi dengan upaya disiplin protokol kesehatan 3M yang diawasi pada setiap sektornya.

        Karenanya, menuju periode Natal dan Tahun Baru di akhir tahun nanti penting untuk terus mengawasi pergerakan dan aktivitas masyarakat. Jika merujuk data tren kasus positif di 34 provinsi, terdapat 3 provinsi yang menunjukkan tren peningkatan di minggu terakhir ini.

        Ketiganya ialah Jawa Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara serta 6 provinsi yang di minggu sebelumnya juga mengalami peningkatan. Keenam provinsi itu ialah Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Banten, Sulawesi Barat, dan Papua. Hal ini perlu diantisipasi dan terus dievaluasi agar tidak kembali meningkat di minggu berikutnya.

        "Cakupan vaksinasi untuk membentuk kekebalan tubuh masyarakat penting untuk terus ditingkatkan dan diperluas agar dapat tercapai perlindungan maksimal," lanjutnya.

        Namun, tetap perlu diingat bahwa vaksinasi saja tidak cukup untuk menekan penularan. Seluruh lapisan masyarakat harus disiplin protokol kesehatan secara ekstra agar tidak membuka celah penularan. "Disiplin protokol kesehatan adalah modal utama kita mendukung pemulihan ekonomi dan melakukan aktivitas sosial menuju periode akhir tahun dan di tahun baru 2022," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: