Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hasil Studi Terbaru Kaspersky: 68% Anak-Anak Terima Perangkat Pertamanya di Bawah 9 Tahun

        Hasil Studi Terbaru Kaspersky: 68% Anak-Anak Terima Perangkat Pertamanya di Bawah 9 Tahun Kredit Foto: Unsplash/Annie
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hasil studi terbaru Kaspersky mengungkapkan bahwa 61% orang tua merasa sulit untuk menjadi panutan bagi anak-anak mereka dan bahkan terkadang tidak mengikuti aturan yang sudah diterapkan untuk anak-anak mereka.

        Pada saat yang sama, lebih dari separuh orang tua (54%) mencoba membangun kebiasaan dan aturan digital yang sehat untuk seluruh anggota keluarga. Sejak usia dini, anak-anak cenderung meniru perilaku dan kebiasaan orang dewasa di segala bidang kehidupan, termasuk sikap terhadap perangkat digital.

        Baca Juga: Laporan Kaspersky: Para Pekerja Lebih Nyaman Kerja Jarak Jauh Meski Beban Pekerjaan Bertambah

        Selain itu, banyak anak-anak yang telah menerima perangkat pertama mereka pada usia muda – menurut penelitian yang sama, 68% anak- anak menerima perangkat sebelum usia sembilan tahun. Berdasarkan data tersebut, orang tua perlu menjadi panutan dalam penggunaan teknologi jika mereka ingin menerapkan kebiasaan dasar digital yang sehat sejak kecil.

        Hasil survei juga menunjukkan bahwa orang tua mempersepsikan norma perilaku yang berbeda bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Misalnya, hampir setengah (48% ) responden mengakui bahwa mereka menghabiskan tiga hingga lima jam di perangkat setiap hari, dan sebagian besar (62%) menganggap waktu ini normal.

        Untuk anak-anak, hampir separuh (48%) menghabiskan jumlah waktu yang sama di perangkat layaknya orang tua mereka – tiga hingga lima jam sehari. Namun, meskipun demikian, lebih dari separuh orang dewasa (53%) ingin anak-anak mereka menghabiskan lebih sedikit waktu di perangkat maksimal dua jam.

        Dalam beberapa skenario, responden menganggap perilaku tertentu dapat diterima untuk diri mereka sendiri tetapi tidak untuk anak-anak mereka. Misalnya, 37% orang dewasa percaya bahwa berbagi foto anggota keluarga di jejaring sosial adalah hal yang normal. Sebaliknya, hanya sekitar 24% orang tua berpendapat bahwa hal ini dapat diterima untuk anak-anak mereka.

        22% responden juga menganggap wajar untuk melewatkan panggilan dan mematikan telepon pribadi sehingga tidak ada yang bisa menghubungi mereka. Namun, hanya 10% orang tua yang menganggap perilaku seperti itu dapat diterima untuk anak-anak mereka.

        Vice-President, Consumer Product Marketing di Kaspersky, Marina Titova mengatakan saat ini, semakin banyak orang tua yang mencoba membangun kebiasaan digital yang sehat layaknya nutrisi dan aturan kesehatan fisik harian. Tetapi tidak ada tren yang cukup jelas atau pola perilaku yang paling tepat untuk menetapkan aturan dan praktik digital tersebut.

        “Demi membantu orang tua membangun praktik digital yang sehat, ada berbagai teknik dan alat yang tersedia untuk mendukung mereka. Ini termasuk seperti, permainan peran dan games misalnya, atau untuk pendekatan yang lebih teknis, tersedia solusi seperti aplikasi yang dapat membantu mengontrol waktu layar atau menentukan lokasi fisik si buah hati di manapun mereka berada,” komentar Marina Titova, melalui sebuah pers rilis, Jumat (05/11).

        Senada dengan Marina, Birgitt Hölzel dan Stefan Ruzas dari latihan Munich Liebling + Schatz mengatakan konsumsi digital membentuk hubungan antara orang tua dan anak, dan yang lebih penting, berdampak pada perkembangan anak.

        “Penelitian menunjukkan bahwa bayi mengalami masalah makan dan tidur, misalnya ketika orang tua menggunakan media digital secara paralel saat merawat mereka,” ujarnya.

        Ia juga menjelaskan, ini adalah indikasi serius dari gangguan keterikatan baru (incipient attachment disorder). Anak-anak belajar dengan meniru. Itu sebabnya orang tua harus selalu mempertimbangkan apa yang akan dilihat mereka secara konkret.

        “Apakah orang tua selalu memegang ponsel cerdas mereka bahkan saat di meja makan? Jangan lupa bahwa orang tua selalu memberikan contoh bagi anak- anaknya.”

        Namun, mereka juga mengatakan orang tua juga harus menyadari bahwa fenomena ponsel cerdas baru terjadi selama dekade terakhir dan telah menjadi vital dalam kehidupan kita sehari-hari. Itulah mengapa seringkali tidak mudah untuk menggunakannya secara sadar dan, apalagi, untuk memperkenalkannya kepada anak-anak.

        “Ketergantungan kita pada ponsel adalah alasan mengapa semakin penting untuk membuat topik ini harus selalu didiskusikan. Selain itu, ada juga aturan perilaku konsumsi media digital dalam keluarga yang sudah teruji dan sangat membantu para orang tua. Hal terpenting bagi semua orang tua adalah terus berbicara dengan anak-anak mereka tentang penggunaan media,” tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: