Brand Ingin Mulai Masuk ke Ranah E-Commerce? Mending Simak Dulu Solusi Satu Ini...
Faktor berubahnya perilaku berbelanja masyarakat belakangan ini, yang lebih condong berbelanja produk dan kebutuhannya secara online adalah pandemi. Hal ini tentunyadiikuti dengan meningkatnya jumlah e-Commerce yang juga mendukung berubahnya kebiasaan berbelanja masyarakat.
Indonesia sendiri diprediksi akan menjadi pasar terbesar dengan GMV (Gross Merchandise Value) dengan total angka melebihi 82 miliar dolar pada 2025. Angka tersebut menggambarkan perkiraan banyaknya calon pengguna e-Commerce dalam beberapa tahun mendatang.
Baca Juga: Multi Inti Transport Fokus Garap Infrastruktur E-commerce
Saat pandemi, salah satu platform e-Commerce terkemuka di Indonesia mencatatkan setidaknya terdapat 2 juta penjual baru yang bergabung di 2020, hal itu semakin memperketat persaingan antar penjual.
Menurut ADA , brand terpengaruh oleh gelombang yang mendorong mereka masuk ke pasar e-Commerce. Mereka berlomba untuk bisa menempati peringkat teratas penjual di berbagai e-Commerce yang tersedia saat ini. Namun, terdapat tantangan yang dihadapi oleh brand ketika mulai memasuki e-Commerce yakni mereka tidak memiliki strategi yang sesuai.
“Mereka belum mengetahui bagaimana cara memanfaatkan data yang disediakan oleh e-Commerce. Hal tersebut menyebabkan mereka bertanya-tanya, mengapa tidak ada yang membeli produk yang mereka jual?,” kata Country Director, Marketing Services, ADA Indonesia, Faradi Bachri.
Menurut Faradi, jawaban atas pertanyaan tersebut adalah e-Commerce Enablement. ADA menawarkan solusi end-to-end eCommerce Enablement dengan tujuan dapat membantu brand mengatur dan mengoptimasi brand’s presence serta performa pemasarannya di marketplace serta situs eCommerce yang dimilikinya untuk memberikan hasil yang berdampak terhadap pertumbuhan bisnis.
“Dengan memanfaatkan data, brand dapat mengatasi tantangan untuk kemudian memasarkan produknya kepada audiens yang tepat menggunakan pesan yang tepat pada waktu yang tepat,” ujarnya.
Selain itu, Faradi menambahkan sebagai penyedia solusi digital marketing yang komprehensif dengan teknologi terkini, ADA memiliki fitur ‘Digital Shelf’ atau rak digital yakni sebuah dashboard yang dapat mengkonversi data menjadi acuan bagi para pemilik brand dalam merancang strategi e-Commerce seperti data inventaris, data distribusi barang, data traffic (jumlah kunjungan) dan konversi website, serta untuk mengukur data loyalitas konsumen.
“Digital Shelf ini juga berguna dalam memberikan wawasan, ide, dan hasil analisa untuk mengidentifikasi potensi, dan membantu untuk mencapai tujuan bisnis,” imbunya.
Demi memberikan layanan terbaik bagi brands, Feradi mengumumkan pada 1 Juni 2021, ADA melakukan merger dengan Awake Asia. Awake Asia memiliki keahlian pada bidang e-Commerce dan sudah beroperasi di enam market Asia Tenggara.
“Visi dari merger ini, ADA ingin membantu brand untuk masuk ke ranah online dengan cara membuat strategi digital marketing yang bersifat customer-centric, memanfaatkan data untuk membuat personalisasi konten, dan menjangkau lebih banyak pelanggan melalui super apps,” tambahnya.
Sebagai penutup Feradi juga mengatakan jika brand ingin memasuki ranah e-Commerce, maka dibutuhkan pemahaman akan data dan strategi yang komprehensif. e-Commerce enablement merupakan sebuah solusi bagi para pemilik brand agar dapat unggul dibanding kompetitor di kancah e-Commerce dan membantu mendorong pertumbuhan holistik.
“Di tengah persaingan ketat antar pelaku bisnis di e-Commerce, ADA berkomitmen untuk membantu brand melalui e-Commerce enablement dan membuat para bisnis lebih maju dalam mengakhiri tahun 2021 ini,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: