Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Reaktivitas Jalur KA Jabar Selatan akan Tingkatkan Perekonomian

        Reaktivitas Jalur KA Jabar Selatan akan Tingkatkan Perekonomian Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dan PT KAI melalui program reaktivitas akan meningkatkan perekonomian masyarakat dalam memanfaatkan moda kereta api dan pemanfaatan jalur kereta api peninggalan kolonial Belanda ke wilayah Jabar Selatan.

        Gubernur Ridwan Kamil menyampaikan, Jabar yang berpenduduk 50 juta jiwa harus punya koneksitas yang proporsional. Transportasi tidak hanya mengandalkan jalan tol, tetapi harus ada transportasi lainnya.

        Baca Juga: Bambang Haryo Ungkap Tes PCR dan Antigen Moda Transportasi Wajib Dihapus, Ternyata Ini Alasannya...

        "Contohnya di Eropa, mereka mengandalkan moda kereta api, yang ternyata efektif mengurai kemacetan. Kita mempunyai peninggalan jalur kereta dari kolonial yang bisa direaktivitas untuk digunakan kembali. Ini modal kita," kata Ridwan Kamil saat menjadi keynote speaker webinar dengan tema "Geliat Ular Besi dalam Meningkatkan Perekonomian di Jawa Barat", Kamis (11/11/2021).

        Gubernur Jabar menyebutkan, reaktivitas jalur Bandung Garut sudah dilakukan. "Ke depan akan dilanjut ke wilayah Jabar selatan, Sumedang, dan Pangandaran, yang sudah ada jalur peninggalan Belanda," ungkapnya.

        Keynote Speak Direktur Utama PT KAI Persero, Didiek Hartantyo, menyampaikan, PT Kereta Api mengalami beberapa kali perubahan, terakhir menjadi PT KAI persero. Perubahan tersebut berdampak positif terhadap kemajuan perkeretaapian di Indonesia.

        Kereta api sangat penting bagi Jawa Barat, untuk perekonomian, pariwisata, dan transportasi. Dilihat sejarah, jalur kereta yang menuju tempat pariwisata di Jabar banyak. Sayangnya, jalur-jalur tersebut belum direaktivitas untuk dapat kembali digunakan.

        "Oleh karena itu, proyek reaktivitas sedang direncanakan, baru Bandung-Garut yang sudah jadi. Yang lainnya masih perencanaan dengan perhubungan dan stakeholder lainnya," ungkapnya.

        Menurut Didiek, rreaktivitas bisa menggenjot pariwisata Jabar, juga memudahkan laju perekonomian kota dan daerah, karena kapasitas gerbong yang besar, juga ada konektivitas integrasi bidang lainnya, yang ujungnya berimbas pada perekonomian.

        Mewujudkan visi kereta api, menjadi solusi transportasi, akan bisa tercapai jika ada kolaborasi sinergi dengan berbagai pihak. Tentunya, kereta api sebagai operator dan kebijakan insfrastruktur adalah pemerintah.

        Diketahui, pendapatan PT KAI saat ini adalah dari angkutan logistik yang meningkat, tetapi dari angkutan penumpang di saat pandemi menurun. Berdasarkan itu, ke depan harus ada keseimbangan dalam pendapatan PT KAI, anatara logistik dan penumpang, saat ini sedang direncanakan.

        "Kami menyambut baik ajakan Gubernur Jabar untuk membangun potensi pariwisata di Jabar, mari bersama dengan Dirjen Perkeretaapaian dan Perhubungan, mereaktivitas jalur peninggalan Belanda agar dapat digunakan kembali," katanya.

        "Ke depan, PT KAI menjadi leading sponsor kereta api cepat. Harapannya, nanti akan muncul integrasi konektivitas di Stasiun Padalarang dan Stasiun Bandung. Untuk itu, diharapkan kerja sama dengan pemprov dan pemda," sambungnya.

        Pembicara Webinar Jhoni Martinus selaku Vice President Public Relation PT KAI menyampaikan, di tahun 2019 volume penumpang dan barang di kereta api stabil. Namun, sejak 2020 adanya pandemi Covid-19, volume turun drastis dan 2021 masih terjadi penurunan. Meski begitu, PT KAI akan berusaha bangkit dan keluar dari krisis ini.

        "Kami melihat adanya potensi besar melalui industri besar yang bisa menggunakan jasa angkutan si ular besi (kereta api), seperti garmen, makanan minuman, dll. Ini akan digali potensinya untuk meningkatkan pendapatan PT KAI persero," ungkapnya.

        Jhoni menyebutkan, tahun 2020 ada 33 mitra binaan yang ditangani PT KAI, yaitu di sektor industri, perdagangan, dan pertanian yang tersebar di Jawa Barat. Selain itu, juga ada kerja sama pendanaan dengam UMK yang jumlahnya bervariasi yang saat pandemi mengalami penurunan, tetapi PT KAI akan upayakan terus agar dapat kembali normal.

        "Kami akan membuka kerja sama untuk membangkitkan perekonomian di Jabar dengan mengoptimalkan moda kereta api," ucapnya.

        Pembicara Weninar Pengamat Ekonomi Unpas Acuviarta Cartobi menjelaskan, mengembalikan aktivitas perekonomian di pascapandemi harus bertahap. Rencana reaktivitas jalur selatan Bandung-Ciwidey apabila sudah terealisasi, dampaknya akan luar biasa positif.

        "Karena berdasarkan studi dan penelitian dari luar negeri, meningkatkan transportasi kereta api sangat berdampak pada perekonomian masyarakat karena nilai efisien cost yang dihasilkan menggunakan moda transportasi kereta api," jelasnya.

        Jabar memiliki jumlah penduduk banyak sehingga berdampak tingkat kemacetan tinggi. Semua pihak berharap agar solusi kereta api mendapat fokus serius dari pemerintah. 

        "Jangan terbuai oleh kereta cepat, tetapi bagaimana kereta api bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini akan mengatasi berbagai persoalan, salah satunya mengatasi persoalan harga minyak dunia yang terus meningkat dan kereta api adalah solusinya," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: