Komposisi ekspor minyak sawit Indonesia telah didominasi produk hilir, baik dalam bentuk refined bleached deodorized (RBD) olein maupun produk oleokimia. Hal ini diungkapkan oleh RGE Palm Business Director, Bernard Riedo.
Disampaikan Bernard, capaian saat ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam menggenjot industri hilir melalui kebijakan tarif ekspor, ditambah dengan adanya dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sejak tahun 2015 lalu.
Baca Juga: Harga Sawit Masih Melambung Tinggi, Ini Penyebabnya
"Volume kebutuhan CPO beberapa tahun terakhir mulai menurun karena volume ekspor sudah didominasi turunan minyak sawit, baik itu RBD olein atau oleokimia maupun yang lainnya, karena hanya dengan satu atau dua langkah proses, produk turunan minyak sawit itu sudah bisa dikonsumsi di luar negeri," kata Bernard, melansir InfoSAWIT.
Lebih lanjut tutur Bernard, dalam pengembangan biodiesel sawit sebagai energi, ketersediaan minyak sawit tidak akan mengganggu kebutuhan pangan. Namun, dengan syarat, produksi minyak sawit bisa ditingkatkan sehingga bisa memenuhi kedua kebutuhan tersebut.
Perlu diketahui, Pemerintah Indonesia saat ini juga berencana untuk meningkatkan campuran FAME 30 persen ke minyak solar (B30) ke campuran 40 persen (B40). Kendati demikian, kata Bernard, untuk menaikkan campuran tersebut dibutuhkan uji coba dan persiapan yang matang guna menghindari terjadinya kendala di lapangan.
"Untuk peningkatan serapan bisa dilakukan dengan penggunaan biodiesel berbasis FAME atau penggunaan untuk green diesel," ungkap Bernard.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: