Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pelindo Siap Mendorong Efisiensi Biaya Logistik Nasional

        Pelindo Siap Mendorong Efisiensi Biaya Logistik Nasional Kredit Foto: Muhamad Ihsan
        Warta Ekonomi, Ubud -

        Penggabungan empat BUMN layanan jasa kepelabuhan, yaitu PT Pelabuhan Indonesia I (Persero), PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), dan PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) telah resmi dilakukan pada 1 Oktober 2021. Hal ini merupakan momen penting dan bersejarah bagi pengelolaan BUMN kepelabuhan. Demikian dikatakan Presiden Direktur PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo Arif Suhartono, dalam acara Media Gathering & Sharing Session PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di Ubud, Bali, pada Sabtu, 13 November 2021.

        Penggabungan empat BUMN layanan jasa kepelabuhan ini memiliki tujuan yang sangat strategis, yaitu mewujudkan industri kepelabuhan nasional yang lebih kuat, menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia, serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan dan daya saing global. Dengan adanya merger ini, posisi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) di kancah dunia juga akan terlihat, di mana nantinya PT Pelabuhan Indonesia (Persero) akan menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs (twenty-foot equivalent units).

        Pelindo pun melakukan integrasi di keempat klaster bisnisnya, yaitu

        1. Klaster petikemas,
        2. Klaster non-peti kemas,
        3. Klaster logistik dan pengembangan daerah pesisir (hinterland), dan
        4. Klaster kelautan, peralatan, dan pelayanan pelabuhan.

        Integrasi yang dilakukan oleh Pelindo tersebut adalah untuk mengembangkan bisnis Pelindo agar lebih terfokus dan meningkatkan kemampuan dan keahlian SDM yang bekerja di setiap klaster sehingga mampu bekerja dengan lebih efisien dan membuat kepuasan pelanggan meningkat. Hal ini nantinya akan membuka pangsa pasar yang lebih luas dan menaikkan keuntungan perusahaan.

        Baca Juga: Solusi Digital Bank Mandiri Mendorong Pertumbuhan Bisnis Sektor Pelabuhan

        Merger empat BUMN layanan jasa kepelabuhan ini juga diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional. Biaya logistik di Indonesia masih berkisar 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan data dari Kementerian Keuangan tahun 2019. Studi konsolidasi Pelindo I-IV menyebutkan bahwa angka biaya tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura (8%), Amerika Serikat (8%), Uni Eropa (9%), Jepang (9%), Korea Selatan (9%), India (13%), Malaysia (13%), dan China (15%).

        Dari total 23,5% biaya logistik nasional, menurut Arif Suhartono, rinciannya antara lain 8,9% biaya inventori, 8,5% transportasi darat, 2,8% laut, 2,7% administrasi, dan 0,8% biaya lainnya.

        Terlihat dari data di atas bahwa transportasi laut hanya berkontribusi 2,8% terhadap kontribusi biaya logistik nasional. Menurut Arif Suhartono “2,8 persen adalah proporsi dari sea atau water. Di mana sea atau water dibagi 2: ada port dan ada shipping. Jika di-breakdown separuh-separuh, itu port porsinya 1,4 out of 23,8 persen, jadi sekitar 5 persen. Yang besar itu adalah inventory dan adanya land transportation, itu gede, itu 8 koma something, 8 koma something.”

        “Namun kami sampaikan bahwa bicara pelabuhan itu tidak bicara single port, tapi bicara network. Dan ketidak-perform-an dari satu pelabuhan di satu titik akan berdampak, akan direspon oleh industri dengan menaikkan inventory. Ketidakbagusan pelabuhan akan berdampak kepada land transportation. Jadi, temen-temen dari Pelindo, bahwa meskipun itu di luar Pelindo, tetapi juga memberikan sokongan atas logistics cost dari sisi inventory dan sisi land transportation. Dan bicara pelabuhan itu tidak bicara single port, tapi bicara pairing port, bicara network, bicara koridor. Jakarta bagus tapi tujuannya yang ada ngga bagus, pada akhirnya itu tidak akan memberikan dampak yang paling optimal.” lanjutnya.

        Baca Juga: Jelang Merger, Pelindo Jamin Tidak Terjadi PHK, Eits.. Ada Syaratnya…

        Arif Suhartono sekali lagi menegaskan jika berbicara mengenai pelabuhan itu tidak bisa berbicara single port, tetapi berbicara network, pairing port, atau koridor yang merupakan hal utama yang ada di pelabuhan.

        Dia pun menilai bahwa strategi untuk menekan biaya logistik pelabuhan adalah dengan cara memperpendek waktu berlabuhnya kapal di pelabuhan atau port stay. Selain itu, efisensi juga perlu ditingkatkan di pelabuhan-pelabuhan. Oleh karena itu, dia pun menilai bahwa efisiensi dilakukan melalui upaya untuk menghilangkan deadweight loss, seperti lamanya waktu bongkar muat.

        “Tujuan atau goal dari program kami yang paling awal adalah standardisasi operasi yang bertujuan untuk mempercepat arus kapal dan barang di pelabuhan. Ada Namanya deadweight loss yang harus kita bongkar bersama-sama.” katanya.

        “Contohnya yang sudah terjadi adalah transformasi terminal peti kemas di Ambon. Sebelumnya, untuk proses bongkar muat satu kapal itu masih butuh 3-4 hari untuk bongkar muat. Setelah kita transform, itu berubah jadi 1 hari. Jadi, efisiennya adalah 2 hari.” lanjutnya.

        Efisiensi yang dilakukan oleh Pelindo itu telah mengurangi biaya bagi kapal sebesar US$5.000 per hari.Bayangkan kalau ini terjadi di seluruh pelabuhan yang dimiliki oleh Pelindo, akan terjadi efisiensi yang cukup signifikan ditambah dengan multiplier effect-nya terhadap logistik nasional.

        Penulis: Putu Rusta Adijaya

        Laporan: Muhamad Ihsan

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: