Pembicaraan Nuklir Nihil Hasil, Iran Balik Menyerang Kesepakatan dengan Barat
Iran pada Selasa (30/11/2021) menyerang keras kesepakatan nuklirnya setelah hanya satu hari perundingan dimulai kembali di Wina, Austria baru-baru ini. Hal ini, kata negosiator nuklir Iran Ali Bagheri, menunjukkan segala sesuatu yang dibahas dalam putaran pembicaraan sebelumnya bisa dinegosiasikan ulang.
Seperti dilaporkan Associated Press, Bagheri menyebut semua yang dibahas sejauh ini hanya sebagai “draf.”
Baca Juga: Kepala Nuklir Iran Keras ke Amerika: Segera Hapus Sanksi Sebelum Kesepakatan Baru
“Draf bisa dinegosiasikan. Oleh karena itu tidak ada yang disepakati kecuali semuanya telah disepakati,” kata Bagheri.
Masih belum jelas apakah itu mewakili langkah awal oleh presiden baru Iran atau menandakan masalah serius bagi mereka yang berharap untuk memulihkan kesepakatan 2015 yang melihat Teheran secara ketat membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.
“Atas dasar itu, semua diskusi yang terjadi dalam enam putaran dirangkum dan dapat dinegosiasikan. Hal ini juga diakui oleh semua pihak dalam rapat hari ini,” tambahnya.
Segmen TV pemerintah lainnya melihat Bagheri di Wina mengatakan Iran menuntut "jaminan oleh Amerika untuk tidak menjatuhkan sanksi baru" atau tidak memberlakukan kembali sanksi yang sebelumnya dicabut.
Sementara itu, Mohammed Eslami, kepala nuklir sipil negara itu, mengulangi permintaan itu dalam komentarnya kepada kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah Iran.
"Pembicaraan (di Wina) adalah tentang kembalinya AS ke kesepakatan dan mereka harus mencabut semua sanksi dan ini harus dalam praktik dan dapat diverifikasi," katanya. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Amerika Serikat meninggalkan kesepakatan di bawah kampanye “tekanan maksimum” Presiden Donald Trump saat itu melawan Teheran pada 2018. Sejak kesepakatan itu runtuh, Iran sekarang memperkaya sejumlah kecil uranium hingga kemurnian 60% --langkah singkat dari tingkat senjata 90 %.
Iran juga memutar sentrifugal canggih yang dilarang oleh perjanjian itu, dan persediaan uraniumnya sekarang jauh melebihi batas perjanjian itu.
Presiden Joe Biden mengatakan Amerika bersedia untuk memasuki kembali kesepakatan, meskipun negosiasi berlanjut dengan pejabat AS tidak berada di ruangan seperti pada putaran pembicaraan sebelumnya sejak penarikan Washington.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto