Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos AirAsia Minta Pemerintah Tidak Bereaksi Berlebihan atas Varian Omicron: Kita Sudah Vaksin!

        Bos AirAsia Minta Pemerintah Tidak Bereaksi Berlebihan atas Varian Omicron: Kita Sudah Vaksin! Kredit Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        CEO AirAsia Group Tony Fernandes meminta pemerintah untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap munculnya varian baru Omicron dari Covid-19. Sebagai gantinya, Fernandes meminta fokus pada pengurangan biaya pengujian PCR.

        “Ini reaksi berlebihan yang sangat besar. Kami belum tahu apa-apa tentang varian ini. Mari kita tunggu dan lihat sebelum kita melompat," kata Fernandes melansir Bangkok Post di Jakarta, Jumat (12/3/21) pada pidato virtual di Forum Internasional Bangkok Post 2021 yang dijuluki "Melepas Masa Depan: Sekilas Menuju 2022 dan Setelahnya" hari Kamis kemarin.

        Baca Juga: Mulai Suksesi Warisan, Putri Miliarder Pendiri Brand Mewah Zara Ditunjuk Jadi Chairman Perusahaan

        Kepala eksekutif maskapai berbiaya rendah ini mengatakan dunia sudah lebih siap menangani Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, daripada jenis sebelumnya.

        “Ada pil Merck, dan pil Pfizer akan keluar. Kami divaksinasi. Ada booster yang tersedia. Saya merasa jauh lebih bullish, dan saya tidak melihat malapetaka dan kesuraman,” katanya.

        “Pemerintah perlu menggunakan akal sehat dan melihat apa yang dibutuhkan. Saya pikir pembatasan perjalanan dan [tindakan semacam itu] bersifat sementara, dan dunia bersifat global. Tidak peduli seberapa banyak kita menutup perbatasan, virus akan menyebar.” lanjutnya.

        Lebih lanjut, Fernandes mengkritik harga dan frekuensi tes PCR yang dibutuhkan oleh banyak pemerintah, termasuk Thailand, ketika para pelancong memasuki perbatasan mereka. Dia mengatakan ini berisiko menghalangi penumpang untuk berlibur meskipun ada permintaan untuk menjelajah ke luar negeri.

        “Tidak ada pemerintah yang memperhatikan biaya tes PCR. Tes PCR di Asia Tenggara sangat mahal. Tidak adil bagi penumpang untuk membayar biaya semacam itu. Tentu saja, kami ingin aman, tetapi buatlah sesederhana mungkin.” ujarnya tegas.

        Fernandes pun memuji Thailand karena berencana untuk mengurangi beberapa biaya dan prosedur ini.

        “Thailand berada di depan ASEAN lainnya, yang masih cukup kejam,” katanya, merujuk pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.

        "Di Malaysia, kami memiliki karantina tujuh hari. Ini adalah permulaan. Setidaknya kami membuka perbatasan, tetapi masih ada jalan panjang sebelum kami sampai ke tempat kami dulu."

        Mengenai operasi dan prospek AirAsia untuk tahun 2022, Fernandes mengatakan dia telah merestrukturisasi perusahaan dan beralih ke lebih banyak bisnis digital.

        Sejauh ini, maskapai berbiaya rendah tersebut telah meluncurkan tiga bisnis logistik, aplikasi superapp pengiriman makanan, bank online BigPay, dan layanan pengiriman paket Teleport. Perusahaan belum memiliki rencana untuk memotong rute.

        Fernandes mengaku optimis tentang masa depan industri penerbangan. Dia masih penuh harap maskapai berbiaya rendah bangkit kembali lebih cepat daripada maskapai layanan penuh karena sebagian besar penumpang lebih memilih untuk melakukan perjalanan jarak pendek.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: