Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) 2021-2025 menyebutkan jika salah satu visinya adalah untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia, dengan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan yang tepat. Pasalnya, hasil survey OJK pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa tingkat literasi masyarakat masih berada di 38%, yang mana berbanding terbalik dengan inklusi keuangan masyarakat yang telah mencapai 78%.
Padahal literasi keuangan merupakan kunci untuk masyarakat Indonesia mencapai kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan dan terhindar dari risiko kerugian finansial. Namun, hanya terdapat 13 provinsi yang memiliki indeks rata-rata nasional.
Oleh sebab itu, upaya dalam memberikan edukasi penting untuk terus digiatkan oleh berbagai pemangku jasa dan lembaga keuangan, terutama kepada masyarakat dengan angka literasi dan inklusi yang rendah. Baca Juga: Pemerintah dan Asosiasi Sepakat Jaga Inklusi dan Dorong Literasi Keuangan Digital
“OJK turut membangun dan meningkatkan aliansi strategis dalam pelaksanaan program literasi dan edukasi keuangan karena selain mengawasi dan mengatur keuangan, kami juga memiliki tugas untuk melindungi para konsumen jasa keuangan dan masyarakat Indonesia,” ungkap Deputi Direktur Literasi dan Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yulianta dalam webinar edukasi bagi publik bertajuk “Investasi di Tahun 2022: Edukasi dan Literasi adalah Kunci” di Jakarta, Selasa (14/12/2021).
Menurutnya, dalam pelaksanaan program peningkatan literasi keuangan, OJK menggunakan pendekatan sasaran. Kelompok-kelompok yang disasar sangat beragam, termasuk UMKM, pelajar, mahasiswa, pemuda, perempuan dan juga teman-teman yang difabel. Ini dimaksudkan agar akses dan literasi keuangan menjadi sesuatu yang inklusif.
"Selain itu, OJK juga menggunakan pendekatan metode pelaksanaan secara online dan offline agar jangkauannya semakin luas,” tambah Yulianta.
Sejalan dengan upaya OJK, selama tahun 2021 Bibit telah melaksanakan lebih dari 80 sesi edukasi publik dengan menyasar berbagai kelompok masyarakat. Hal ini dilakukan untuk terus mengingatkan pengguna dan masyarakat akan pentingnya berinvestasi di platform atau produk yang telah mendapatkan lisensi dari OJK, sehingga semua orang berkesempatan untuk berinvestasi dengan cara-cara yang benar dan membangun masa depan keuangan yang lebih baik.
Lead PR & Communication Bibit.id William mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih kepada OJK, teman-teman akademisi dan para praktisi yang selalu berjalan bersama Bibit.id dalam mengedukasi masyarakat Indonesia agar bisa berinvestasi dengan benar.
"Jerat dan godaan investasi bodong yang selalu mengiming-imingi masyarakat serta memberikan jalan pintas menuju kekayaan adalah sesuatu yang perlu kita lawan bersama. Jangan sampai lebih banyak lagi masyarakat yang menjadi korban," jelas William. Baca Juga: Bibit.id Berkomitmen Meningkatkan Literasi Keuangan Masyarakat
Selain itu, masyarakat juga perlu diingatkan untuk konsisten dalam berinvestasi. “Di Bibit, kami juga menyediakan fitur Nabung Rutin agar para pengguna tidak lupa berinvestasi secara konsisten pada tanggal-tanggal yang telah mereka tentukan,” tukasnya.
Investasi saat ini telah bertumbuh seiring dengan perkembangan teknologi yang ada. Dengan modal yang kecil dan teknologi yang mumpuni, sekarang semua orang dapat berinvestasi dengan cara yang mudah dan aman.
Sementara itu, menurut dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung Oktofa Yudha Sudrajad, Ph.D., imvestasi dianggap penting untuk dilakukan guna melawan inflasi yang tidak dapat dihindari. Dengan melakukan investasi sedini mungkin, kemungkinan untuk mencapai sasaran hidup juga dapat terealisasi lebih cepat. Sehingga, memberikan pemahaman secara komprehensif di berbagai kelas aset investasi dan risikonya wajib dilakukan oleh universitas, dalam rangka meningkatkan literasi keuangan mahasiswanya.
“Di universitas kami sudah terdapat program studi Keuangan dengan berbagai mata kuliah yang relevan dengan pasar modal dan wealth management. Selain itu, kami juga melakukan kerjasama institusi, misalnya dengan Bank Indonesia, OJK dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Kerjasama ini diperlukan karena meningkatkan literasi keuangan merupakan pekerjaan rumah kita bersama, baik itu regulator, akademisi maupun pelaku industri,” tutup Oktofa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman