Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Stabilitas Sistem Keuangan Sumatera Utara Meningkat

        Stabilitas Sistem Keuangan Sumatera Utara Meningkat Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
        Warta Ekonomi, Medan -

        Ketahanan sistem keuangan di Sumatera Utara membaik tercermin dari tingkat profitabilitas (ROA) yang meningkat dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang relatif menurun bahkan lebih rendah dibandingkan rasio sebelum pandemi. 

        Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumut, Soekowardojo mengatakan pada indikator lainnya, intermediasi perbankan (LDR) tercatat meningkat didorong respon penyaluran kredit yang lebih cepat dibandingkan DPK.

        Baca Juga: Sumatera Utara Jadi Tonggak Sejarah Peringatan Hari Rempah Nasional, Ini Harapan Wapres RI

        "Disisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) menurun, didukung oleh penurunan pada kelompok Bank Swasta Nasional dan Bank Asing & Campuran. Adapun spread bunga perbankan mencatatkan angka yang cukup stabil pada 5,3%, sedikit turun dibandingkan pada TW III 2021 sebesar 5,4%, namun tetap sejalan dengan BI7DRRR yang masih di angka 3,5%," katanya, Rabu (15/12/2021).

        Untuk dana pihak ketiga juga tercatat perbaikan dan pertumbuhan yang didorong oleh seluruh kelompok perbankan serta seluruh jenis simpanan. 

        "Berdasarkan hasil FGD bersama perbankan, menyatakan bahwa nasabah cenderung wait and see dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan ekspansi usaha," ujarnya.

        Selain itu, nasabah cenderung menjaga dananya tetap likuid agar dapat segera memanfaatkan momentum ketika pandemi mulai reda.

        "Untuk penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan yang didorong oleh bertumbuhnya seluruh jenis kredit, baik modal kerja, investasi, maupun konsumsi," katanya.

        Dari sisi sektoral, penyaluran kredit turut tumbuh pada seluruh sektor utama. Hal ini mengindikasikan beberapa pelaku usaha sudah mulai melakukan pembiayaan untuk bisnisnya disamping indikasi DPK yang turut bertumbuh. 

        "Lebih dalam lagi, kredit perkebunan sawit dan karet juga menunjukkan pertumbuhan yang didorong naiknya harga komoditas CPO dan rubber internasional. Di sisi lain, risiko gagal bayar (NPL) tercatat menurun hingga 2,97% dari sebelumnya 3,02% pada TW III-21," pungkasnya. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: