Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun blak-blakan membeber terkait presidential threshold yang belakangan ini sedang menjadi sorotan publik.
Hal tersebut diungkapkan pengamat sosial dan politik itu melalui sebuah video yang tayang di kanal YouTube Refly Harun.
Baca Juga: Ngeri! Refly Harun Bongkar Keburukan Presidential Threshold, Oligarki Sampai Disebut-Sebut
Menurut Refly Harun, bahwa banyak pihak menginginkan agar peraturan tentang presidential threshold direvisi, agar peserta pemilihan presiden lebih beragam latar belakangnya, tidak hanya berasal dari partai-partai besar saja.
Bahkan, Refly Harun menyebut bahwa dirinya mendukung semua tokoh yang berpotensi maju pilpres 2024.
"Saya pendukung Anies Baswedan, pendukung Prabowo Subianto, pendukung Puan Maharani, pendukung Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, kemudian Rizal Ramli, kemudian Gatot Nurmantyo, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa," jelas Refly Harun dikutip GenPI.co, Kamis (16/12).
Refly Harun mengungkapkan, bahwa dirinya memberikan dukungan pada tokoh-tokoh tersebut, karena ingin semua tokoh yang potensial baik di pusat maupun daerah bisa berlaga di Pilpres 2021.
"Sehingga semua calon pemimpin potensial, baik di pusat maupun di daerah itu bisa berlaga. Jadi nanti kita bisa bertemu dengan genuine leader betul-betul sosok yang memang bisa membawa negara ini," ungkapnya.
Pasalnya, Refly Harun menyoroti dampak diterapkannya presidential threshold, yang berpotensi menyebabkan beberapa tokoh yang dijagokan untuk maju sebagai capres menjadi terhambat langkahnya.
"Ini salah satu dampak dari akibat diterapkannya threshold 20 atau 25 persen suara," jelas Refly Harun.
"Jadi bisa jadi jagoan yang kalian jagokan seperti Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo tidak bisa nyalon," sambungnya.
Oleh sebab itu, Refly Harun lantas menyebut soal oligarki kekuasaan yang memborong semua kekuatan sosial politik.
"Karena oligarki kekuasaan memborong semua kekuatan sosial politik. Partai politik yang ada dan mereka tinggal membelah dua," bebernya.
Kemudian, Refly Harun membuat ilustrasi apabila pemegang kursi mayoritas di parlemen bersikap kompak saat pilpres nanti, maka tidak akan ada calon lain yang bisa berlaga.
"Misalnya sekarang istana menguasai 82 persen kursi parlemen yang lolos, parlemen threshold maka tidak ada calon lain kalau mereka kompak," jelas Refly Harun.
"Jadi mereka tinggal membelah dua, satu calon Prabowo Puan, satu calon lain ya bisa jadi ketua umum partai dari 7 tersebut," lanjutnya.
Menurut Refly Harun, pasangan kedua bisa dibentuk dari dua di antara lima ketua parpol yang tersisa.
"Jadi berarti tinggal 5, maka tinggal dibentuk pasangan di antara Surya Paloh, kemudian Suharso Monoarfa, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar dan Zulkifli Hasan," ungkap Refly Harun.
"Slotnya tinggal satu saja, di antara mereka tinggal bagaimana kesepakatan, lalu ya diadu dengan Prabowo, Puan yang merupakan kontestasi yang kira-kira cuma main-main saja. Tidak serius begitu," sambungnya.
Refly Harun membeberkan, bahwa bila hal itu benar-benar terjadi, maka pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo hanya bisa gigit jari karena jagoan mereka tak bisa berlaga.
"Makanya kita harus menghilangkan kemungkinan ini, sekecil apapun itu," tegas Refly Harun.
"Jadi mereka yang menjagokan Anies akan gigit jari, yang menjagokan Ganjar juga akan gigit jari kalau modelnya oligarki seperti itu ya," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: