Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apresiasi Upaya Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove, BRGM gelar Mangrove Week

        Apresiasi Upaya Masyarakat dalam Rehabilitasi Mangrove, BRGM gelar Mangrove Week Kredit Foto: BRGM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jelang akhir tahun, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus mengejar target penyelesaian rehabilitasi mangrove yang telah ditetapkan diawal tahun 2021, yaitu 34 ribu hektare.

        Rehabilitasi mangrove tahun ini dilaksanakan dengan kerangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui penanaman bibit mangrove.

        Penanaman bibit mangrove BRGM ini dilakukan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pelaksananya adalah masyarakat langsung dan merupakan program yang pertama kalinya dilakukan dengan skala besar.

        Harapannya program ini, selain memulihkan fungsi ekologi mangrove, juga dapat membantu perekenomian masyarakat ditengah maraknya pandemi COVID-19, terutama masyarakat yang berada di provinsi target percepatan rehabilitasi mangrove BRGM. 

        Salah satu provinsi target BRGM adalah Kalimantan Utara (Kaltara). Pelaksanaan rehabilitasi mangrove di Kaltara tidaklah mudah, terutama yang berada di Kec. Nunukan, mengingat mata pencaharian masyarakat disana sebagian besar adalah petani rumput laut.

        “Mayoritas masyarakat di sini kan mata pencahariannya sebagai petani rumput laut. Kalau untuk membuat jemuran rumput laut, mereka biasa buat dari kayu bakau atau mangrove,” cerita Zulkarnain Masri, Ketua Kelompok Masyarakat The North Borneo Adventure (TNBA).

        Lanjut Zulkarnain, mengingat program rehabilitasi mangrove BRGM ini baru, maka perlu pendekatan dan edukasi manfaat mangrove jangka panjang kepada masyarakat terlebih dahulu. Seperti mencegah abrasi, intrusi air laut, dan mengembalikan biota laut yang dapat memberikan manfaat ekonomi.

        “Awalnya agak susah, tapi setelah tahu dampak ekonomi, masyarakat dilibatkan dan diberdayakan, mereka jadi senang. Ibu-ibu dan Bapak-bapak disini gotong royong, ada yang menyiapkan bibit dan ada juga yang membuat ajir,” kenang pria yang sekaligus aktivitis lingkungan ini. 

        Ketua Kelompok TNBA yang beranggotakan 105 orang ini, mengaku bangga telah terlibat dan mampu menyelesaikan penanaman bibit  mangrove seluas 139 hektare. “Program BRGM ini juga membantu ekonomi masyarakat disini,” tuturnya.

        Dilain pihak, Sundari Rahmawati selaku pendamping desa di Kecamatan Nunukan, mengatakan tantangan lain dari penanaman bibit mangrove di Kaltara adalah adanya masyarakat yang berubah pikiran terkait penanaman bibit mangrove di areal lahan miliknya.

        “Ada pemilik tambak yang awalnya berkenan untuk direhabilitasi, ternyata berubah pikiran saat proses berjalan. Ini yang kemudian memperlambat penyelesaian penanaman bibit mangrove disini’” ujar Sundari yang kerap dipanggil Ibu Ai ini.

        Menanggapi hal ini, Kepala Kelompok Kerja Kerjasama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto, mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah terlibat dalam penanaman mangrove BRGM tahun ini.

        “Kami berterima kasih sekali kepada masyarakat yang terlibat penanaman mangrove tahun ini, tanpa partisipasi, dukungan dan kerja keras mereka, target rehabilitasi mangrove tidak mungkin bisa tercapai,” ujar Didy. 

        Penanaman bibit mangrove di Kaltara sudah mencapai 55 persen dari target penanaman yang telah memiliki perjanjian kerjasama dengan kelompok pelaksana.

        "Sudah baik sekali, mengingat tantangan yang dihadapi dalam penanaman bibit mangrove ini," ungkap Didy.

        Beberapa tantangan lain yang dihadapi dalam penananaman bibit mangrove, tambah Didy, adalah tidak adanya akses menuju lokasi, faktor alam dimana ombak tinggi, dan terbatasnya ketersediaan bibit mangrove.

        “Masyarakat itu ada yang sampai bikin jalan sendiri karena tidak ada akses menuju lokasi. Ada juga yang harus menanam mangrove di malam hari karena pasang surut. Penanaman tertunda karena ombak laut sedang tinggi. Ada juga yang harus melakukan persemaian mangrove sendiri, karena kurangnya ketersediaan bibit mangrove,” jelas Didy lebih lanjut. 

        Meskipun banyak tantangan dalam penanaman bibit mangrove, masyarakat tetap semangat dan berkomitmen dalam menyelesaikan target penanaman mangrove.

        “Masyarakat adalah kunci keberhasilan rehabilitasi mangrove BRGM. Upaya masyarakat ini yang perlu kita hargai, kontribusi mereka ini harus kita sampaikan kepada publik. Mereka ini tidak hanya menghijaukan mangrove Indonesia, mereka juga menyelamatkan bumi," ujar Didy. 

        Sebutan masyarakat sebagai penyelamat bumi, menurut Didy sudah pas karena ekosistem mangrove memiliki kemampuan 4-5 kali lebih besar dari hutan tropis daratan dalam menyimpan cadangan karbon dunia. Juga mendukung komitmen pemerintah Indonesia dalam Paris Agreement dengan upaya mitigasi perubahan iklim dunia.

        Salah satu bentuk apresiasi BRGM kepada masyarakat dan mitra pelaksana rehabilitasi mangrove tahun 2021, BRGM adakan Mangrove Week selamat tiga hari di Jakarta Convention Center dari tanggal 20–22 Desember 2021. Tentunya, pelaksanaan Mangrove Week ini akan mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

        “Mangrove Week ini kami gelar untuk publik. Ada pameran produk unggulan mangrove, ada produk hasil alam, ada juga produk kerajinan. Publik juga bisa melihat bagaimana penanaman mangrove dilakukan oleh masyarakat. Mari kita rayakan prestasi masyarakat mangrove,” ajak Didy dengan bangga akan capaian rehabilitasi mangrove BRGM bersama masyarakat tahun ini.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: