Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PBNU Diambang Perpecahan, Said Aqil Gak Disukai Pemerintah, Nah Gus Yahya...

        PBNU Diambang Perpecahan, Said Aqil Gak Disukai Pemerintah, Nah Gus Yahya... Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik Uchok Sky Khadafi menjelaskan dinamika politik di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama jelang Muktamar di Lampung.

        Ia menerangkan kalau potensi NU pecah sangat besar, karena dua kubu yang berseteru antara Kyai Said Aqil Siradj dan Yahya Staquf (Gus Yahya).

        Dan berikut uraian lengkap Uchok soal dinamika di internal PBNU.

        Potensi kemenangan Gus Yahya alias Yahya Staquf untuk merebut ketua Umum PBNU di muktamar NU Lampung sangat besar sekali. 

        Salah satu faktor kemenangan Gus Yahya adalah dukungan wakil ketua DPR, Muhaimin Iskandar atau cak Imin kepada Gus Yahya.

        Apalagi nanti dalam pemilihan ketua umum PBNU, metode pemilihan dengan cara menggiring suara cabang cabang NU ke arah aklamasi, atau voting, satu suara satu cabang, tetap saja yang akan menang adalah Gus Yahya.

        Namun demikian, kemenangan Gus Yahya sebagai ketua umum PBNU,  tidak akan diterima atau ditolak oleh kubu Prof. DR. KH Said Aqil Siradj, MA. Mungkin saja dengan alasan adanya kecurangan dalam pemilihan, dan adanya intervensi pemerintah melalui kementerian Agama kepada cabang cabang NU agar tidak memilih kembali KH Said Aqil Siradj sebagai ketua umum PBNU.

        Dengan adanya penolakan terhadap Gus Yahya sebagai Ketua umum PBNU oleh kubu KH Said Aqil Siradj, maka muktamar NU akan melahirkan dua atau tiga PBNU. PBNU pertama versi Gus Yahya, PBNU kedua, versi kubu KH Said Aqil Siradj, dan PBNU ketiga, versi Indonesia Timur.

        Untuk menghindari PBNU terbelah menjadi tiga (pasca muktamar NU Lampung), maka persoalan pemilihan ketua Umum jangan diserahkan kepada PCNU dan PWNU secara langsung atau voting. Lebih baik, dan lebih maslahah memilih metode pemilihan dengan cara AHWA atau PCNU dan PWNU memilih para kyai sepuh untuk menjadi anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA).

        Dan para kyai sepuh inilah yang akan memilih ketua umum PBNU. Dan hal ini bisa menghindari Politik uang, pengaruh politisi busuk, dan mengindari PBNU terbelah berkeping keping menjadi 3 PBNU.

        Kemudian, yang harus ingat, komposisi anggota AHWA tidak boleh memasukkan Kyai  Ma'ruf Amin sebagai apapun dalam AHWA. Kalau kyai  Ma'ruf Amin ikut sebagai AHWA, ini sama saja, pemerintah ikut campur dalam urusan internal NU.

        Dan terakhir, para kyai sepuh akan rapat, dan milih ketua umum PBNU dengan kriteria calon sebagai berikut: pertama tokoh nasional, kedua, punya jaringan luas baik secara nasional dan internasional, dan ketiga dihormati dan disegani oleh para kyai dan tokoh tokoh NU.

        Bila mengacu kepada kriteria AHWA seperti diatas, maka tokoh yang sedang muncul saat ini, salah satunya adalah kyai As'ad Said Ali.

        Di mana kemunculan kyai As'ad Said Ali bisa menyatukan kembali NU, yang saat ini sedang menuju perpecahan, bukan perpecahaan karena perbedaan wacana, tapi perpecahaan konflik fisik yang sangat membahayakan pemerintahan Jokowi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: