Ribuan Pengunjuk Rasa di Baghdad Peringati Pembunuhan Qassem Soleimani: Matilah Amerika!
Ribuan orang berunjuk rasa di ibu kota Irak, Baghdad untuk memperingati pembunuhan komandan tertinggi Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani. Pada 3 Januari 2020, Soleimani terbunuh dalam dalam serangan pesawat tak berawak oleh Amerika Serikat (AS).
Para pengunjuk rasa memenuhi alun-alun Baghdad sambil meneriakkan "Matilah Amerika”. Aksi tersebut digelar oleh pendukung Hash pro-Iran, atau dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), yaitu mantan aliansi paramiliter yang telah diintegrasikan ke dalam aparat keamanan negara Irak.
Baca Juga: Bekas Kepala Intelijen IDF Bongkar Informasi Mahal: Israel Terlibat Pembunuhan Soleimani
Bendera AS dan Israel pun nampak berserakan, dan diinjak-injak oleh para peserta aksi protes. Para pengunjuk rasa membuat spanduk dengan tulisan, “Terorisme AS harus diakhiri”, dan “Kami tidak akan membiarkan Anda tinggal setelah hari ini di tanah para syuhada."
Dilansir Minggu, Minggu (2/1/2021), para pengunjuk rasa mengulangi tuntutan mereka untuk penarikan penuh pasukan AS dan asing dari Irak. Ribuan pengunjuk rasa, termasuk anggota Pasukan Mobilisasi Populer Irak, terus meneriakkan pertentangan terhadap AS.
Para pengunjuk rasa menyalahkan Pemerintah Irak yang dianggap bekerja sama dengan AS. Sejauh ini, belum ada kejelasan atau transparansi dalam penyelidikan Soleimani selama dua tahun terakhir.
Pendukung faksi-faksi Syiah yang bersekutu dengan Iran dikerahkan dari berbagai provinsi Irak dan berpartisipasi dalam aksi protes di Jadriyah, dekat markas kelompok bersenjata yang kuat.
Pada 2020, mantan Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan yang menewaskan Soleimani, dan Wakil Pemimpin Pasukan Mobilisasi Populer Irak Abu Mahdi al-Muhandis di dekat bandara Baghdad.
Pembunuhan Soleimani yang merupakan arsitek strategi militer Timur Tengah Iran, dan al-Muhandis, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh wilayah. Pembunuhan tersebut memicu kekhawatiran konfrontasi militer langsung antara Washington dan Teheran.
Beberapa hari setelah pembunuhan Soleimani, Iran memperingatkan akan membalas kematian Soleimani. Tekad ini, kemudian ditunjukkan pada lima hari setelah pembunuhan itu, dengan Iran menembakkan rudal ke sebuah pangkalan udara di Irak yang menampung pasukan AS.
Selain itu, ada pula rudal lainnya yang diledakkan di dekat Erbil di utara. Sejak itu, lusinan roket dan bom pinggir jalan telah menargetkan situs keamanan, militer, dan diplomatik Barat di seluruh Irak.
Para pejabat Irak dan Barat menyalahkan faksi-faksi garis keras pro-Iran atas serangan-serangan itu. Pada Februari 2021, AS melakukan serangan udara terhadap Kataeb Hezbollah, pasukan paramiliter Irak yang ditempatkan di sepanjang perbatasan Irak-Suriah.
Serangan ini merupakan balasan atas serangan roket ke kedutaan AS di Baghdad dan perusahaan kontraktor militer AS di utara ibu kota.
Baca Juga: Irak Diguncang Bom, Sepeda Motor Meledakkan Diri di Tengah Kota Tewaskan 4 Orang
Pasukan Mobilisasi Populer Irak telah berulang kali menyerukan penarikan pasukan AS yang dikerahkan di Irak, sebagai bagian dari koalisi multinasional yang memerangi kelompok ISIS.
Pejabat senior Pasukan Mobilisasi Populer Irak, Faleh al-Fayyad mengatakan, pembunuhan Soleimani dan al-Muhandis adalah kejahatan terhadap kedaulatan Irak.
Pada bulan Desember, Irak mengumumkan akhir dari misi tempur dari koalisi pimpinan AS melawan ISIS. Tetapi sekitar 2.500 tentara AS dan 1.000 pasukan koalisi akan tetap dikerahkan di Irak untuk memberikan pelatihan, saran, dan bantuan kepada pasukan nasional.
“Kami tidak akan menerima apa pun selain penarikan penuh sebagai balas dendam atas darah para martir kami,” kata kepala koalisi yang berpihak pada Iran, Hadi al-Ameri.
Kementerian Luar Negeri Iran melalui akun Twitter resminya, @IRIMFA-EN, pada Jumat (31/12/2021), juga menegaskan, pemerintahan Presiden AS Joe Biden turut bertanggung jawab atas pembunuhan Soleimani. Meski aksi penyerangan terhadap Soleimani sebenarnya terjadi pada masa pemerintahan Donald Trump.
“Tak diragukan lagi, tindakan kriminal Amerika Serikat dalam martir Jenderal Soleimani adalah manifestasi jelas dari ‘serangan teroris’ yang diatur dan dilakukan secara terorganisasi oleh pemerintahan Amerika Serikat saat itu, yang menjadi tanggung jawab Gedung Putih sekarang,” tulis akun tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: