Direktur Eksekutif Indonesia Review (IPR) Ujang Komarudin menanggapi soal sapaan Megawati Soekarnoputri kepada Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Diketahui, Megawati Soekarnoputri memiliki panggilan 'spesial' untuk Ahok.
Dalam acara HUT PDIP, Megawati menyapa Ahok dengan sebutan sahabat. Sapaan kepada Ahok tersebut membuat sejumlah persepsi muncul. Sapaan tersebut dinilai sebagai salah satu dukungan Megawati untuk Ahok.
Baca Juga: Hasto Sekjen PDIP Bilang Ahok itu Korban Politik
Dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com, Ujang Komarudin menuturkan bahwa panggilan itu seolah memberi karpet merah untuk Ahok hingga bisa kembali berkoar-koar.
"Merasa dianggap sahabat Megawati, Ahok makin leluasa koar-koar lagi soal Pertamina. Ahok itu dapat back up Megawati, jadi aman-aman aja di Pertamina," kata Ujang, dikutip Selasa (11/1/2022).
Ia menilai bahwa Komut Pertamina yang politis bisa saja diatur sedemikian rupa agar Ahok bisa tetap eksis. Selain Megawati, Jokowi juga menyebut Ahok sebagai orang nomor satu di Indonesia.
"Di negara ini apa yang tak bisa diatur. Semuanya bisa diatur. Semua bisa dimainkan dan diamankan. Kecuali dua hal. Pertama, masuk masjid pakai sepatu. Kedua, merokok di pom bensin," jelas Ujang.
Sebelumnya, Megawati tampak menyapa Ahok dengan panggilan yang lebih akrab. Dalam acara perayaan HUT PDIP tersebut, Megawati tampak memanggil semua tamu undangan yang hadir.
Megawati tampak menyapa mulai dari Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Maruf Amin, Ketua MPR Bambang Soesatyo, hingga sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju. Pada saat itu, Ahok belum hadir dan bergabung secara daring.
Megawati langsung mencari keberadaan Ahok dengan panggilan yang berbeda. Ia menyapa Ahok dengan sapaan 'sahabat'. Panggilan tersebut memperlihatkan keduanya tampak lebih akrab.
"Ada juga saya dengar kakak saya juga ada, Pak Guntur Soekarnoputra, sahabat saya Pak Ahok atau yang terkenal Basuki Tjahaja Purnama," kata Megawati.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum