Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Merinding, Australia Sebut 3 Negara Ini Aktor Pemfitnah dan Perusak Demokrasi

        Merinding, Australia Sebut 3 Negara Ini Aktor Pemfitnah dan Perusak Demokrasi Kredit Foto: Reuters/Jason Lee
        Warta Ekonomi, Canberra, Australia -

        Australia dan Inggris akan membalas serangan siber dari China, Rusia, dan Iran, kata menteri pertahanan Australia Peter Dutton. Hal itu disampaikan Dutton menjelang pertemuan konsultasi dengan Inggris di Sydney.

        Menteri pertahanan dan menteri luar negeri Australia akan bertemu dengan menteri pertahanan Inggris Ben Wallace dan menteri luar negeri Liz Truss pada Jumat dalam pertemuan tahunan Konsultasi Menteri Australia-Inggris (AUKMIN).

        Baca Juga: Australia Nyalakan Status Ini Usai Diamuk Omicron, Indonesia Wajib Siaga

        Kedua negara akan bekerja sama dalam mencegah serangan siber dan menambah sanksi terhadap aktivitas negara musuh di dunia maya, kata menlu Australia Marise Payne, setelah menandatangani perjanjian dengan Truss pada Kamis.

        "Australia berkomitmen untuk bekerja dengan para mitra seperti Inggris untuk menghadapi aktor-aktor pemfitnah yang menggunakan teknologi untuk merusak kebebasan dan demokrasi," kata Payne dalam pernyataan.

        Dutton mengatakan pertemuan pada Jumat akan difokuskan pada dunia maya. 

        "Inggris dan Australia mendapat serangan terus-menerus dari Rusia dan dari China, Iran dan negara lain," kata dia dalam siaran radio, seraya menambahkan bahwa kedua negara akan menyerang balik.

        Pembahasan juga akan mengidentifikasi area-area di mana kedua negara bisa bekerja sama di wilayah Indo-Pasifik, dan program kapal selam bertenaga nuklir Australia.

        Aliansi pertahanan Aukus yang baru dibentuk bersama Inggris dan AS merupakan hal yang penting bagi Australia, kata Dutton.

        Aliansi itu tahun lalu mendorong Australia untuk membatalkan kontrak pembuatan kapal selam konvensional dengan Prancis.

        "Mereka adalah negara-negara besar, memiliki persenjataan besar, serta sekutu dan sahabat penting bagi kami –sebagai negara lebih kecil dengan hanya 25 juta penduduk– jika kami ingin mencegah negara-negara lain bertindak agresif," kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: