Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dongkol Sampai Ubun-ubun, Presiden Jokowi Benar-benar Tak Bisa Terima

        Dongkol Sampai Ubun-ubun, Presiden Jokowi Benar-benar Tak Bisa Terima Kredit Foto: Antara/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Presiden Jokowi mendadak jengkel. Kesalnya menjadi-jadi. Sosok orang nomor satu di Indonesia itu benar-benar tak bisa terima.

        Jokowi mengaku geram lantaran selama ini hasil kekayaan alam Indonesia tidak pernah teroptimalisasi dengan baik, dan malah justru negara lain yang mendapatkan keuntungannya.

        "Terlalu nyaman kita ini. Terlalu enak. Orang lain yang dapat, negara lain yang dapat. Dia dapat nilai tambahnya. Dia dapat lapangan kerjanya. Dia dapat pajaknya," katanya, Selasa (25/1/2022).

        Baca Juga: Kembali Diungkit, Ternyata Dulu Ruhut Sitompul Pernah Jelek-Jelekkan Jokowi

        Beragam kegundahan itu diungkapkan Presiden Jokowi dengan suara meninggi.

        "Coba kalau kita buat industri seperti ini. Kita dapat royalti, kita dapat pajak perusahannya, kita dapat pajak pribadinya, ekspor ke luar, kita dapat PNBP, semua dapat," sebut Jokowi.

        Presiden pun tak dapat menutupi rasa kekesalannya saat mengetahui fakta bahwa Indonesia masih kecanduan impor gas tabung alias Liquefied Petroleum gas (LPG).

        Hal tersebut dikemukakan Jokowi saat menyaksikan pelepasan ekspor perdana Smelter Grade Alumina (SGA) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, Kepulauan Riau.

        "Kita punya bahan baku banyak sekali. Gede sekali. Kita malah impor LPG Rp 80 triliun setiap tahun," ucap Jokowi.

        Jokowi lantas menyinggung proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethryl Ether (DME) sebagai salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG.

        Proyek DME pertama di Indonesia yang diresmikan di Tanjung Enim itu sendiri diperkirakan dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun dan menghemat subsidi LPG Rp7 triliun.

        "Kita ekspor batu bara, mentahan terus, mentahan, mentahan, mentahan. Padahal yang namanya batu bara itu bisa jadi metanol, DME," sebutnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: