Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Target Masih Jauh, Pemerintah Kejar Ketertinggalan Bauran EBT

        Target Masih Jauh, Pemerintah Kejar Ketertinggalan Bauran EBT Kredit Foto: Djati Waluyo
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam rangka mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060, pemerintah mematok target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025. Namun, target tersebut terbilang cukup jauh dari presentase capaian di 2021 yang baru mencapai 11,7 persen atau baru separuh dari target pada 2025.

        Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan, demi mencapai target ini, ketertinggalan harus dikejar.

        Baca Juga: Tingkatkan Efisiensi, Polychem Indonesia Beralih ke Listrik EBT dari PLN

        "Masih separuhnya menuju ke sana. Harus kejar ketertinggalan. Apakah tercapai 2025? Untuk yang bisnis listrik, angka-angka proyek, angka-angka perencanaan ini semua menuju ke angka 23 persen," ujar Dadan dalam diskusi virtual, Senin (7/2/2022).

        Dadan mengatakan, guna mencapai hal tersebut, pihaknya bersama dengan PT PLN (Persero) akan memastikan operasi komersial atau commercial operation date (COD) proyek-proyek pembangkit bisa sesuai.

        Maka dari itu, untuk dapat memastikan hal tersebut sesuai dengan yang ditargetkan, pemantauan akan terus dilakukan. "Tidak mungkin oleh PLN sendiri. Ada swastanya, kami dorong iklim investasi dukung ke sana. Kita juga ada program-program yang lain, Indonesia dalam beberapa hal lebih maju," ujarnya.

        Selain target EBT yang masih jauh dari capaian yang diinginkan, Dadan mengungkapkan, konsumsi listrik Indonesia juga masih sangat rendah bahkan jika dibandingkan dengan Malaysia yang konsumsi listrik dalam negeri hanya 1/3 dari konsumsi listrik negeri Jiran.

        Melihat itu, Dadan mengungkapkan ini merupakan sebuah peluang karena konsumsi listrik di Indonesia masih akan terus tumbuh lebih cepat sehingga kelebihan pasokan yang dialami PLN ini sifatnya hanya sementara.

        "Sifatnya sementara saya melihat, PLN pun saya kira melihat demikian. Kita akan lewati waktu-waktu tersebut dan bertahap bagaimana EBT-nya bisa bertambah," jelasnya.

        Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki potensi EBT yang sangat besar. Pemanfaatan EBT harus sama-sama didorong. 

        "Dari sisi potensi, presiden sampaikan dengan jelas dalam beberapa sambutan ada potensi energi besar pemanfaatan masih bertahap dilakukan," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: