Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Perubahan Tantangan Industri Sawit, Apa Aja Sih?

        Perubahan Tantangan Industri Sawit, Apa Aja Sih? Kredit Foto: Antara/Rahmad
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pelaku usaha perkebunan sawit diminta mempersiapkan diri menghadapi perubahan tantangan bisnis dari yang sebelumnya berkutat dengan pembukaan lahan baru dan kampanye negatif, menjadi peningkatan produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir.

        Ekonom Senior INDEF, Bustanul Arifin, mengatakan bahwa peningkatan produktivitas tanaman dan diversifikasi produk hilir harus dilakukan, menyusul makin terbatasnya penambahan lahan. Pemerintah juga diperkirakan akan memperpanjang kebijakan moratorium lahan sawit baru.

        Baca Juga: Harga Tandan Buah Segar Sawit di Riau Turun, Ini Penyebabnya

        "Tantangan industri sawit saat ini berubah menjadi peningkatan produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir, bukan hanya untuk pangan, tapi juga untuk ragam biofuel," jelas Bustanul Arifin, dilansir dari laman Majalah Sawit Indonesia pada Rabu (16/2/2022).

        Disampaikan Bustanul, saat ini perusahaan sudah mulai konsisten dalam menerapkan sistem budi daya yang memperhatikan keseimbangan lingkungan, mulai dari pelestarian hutan dan satwa hingga menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan operasional perusahaan.

        Lebih lanjut dijelaskan Bustanul, potensi permintaan produk derivatif CPO juga terus menunjukkan peningkatan. Kebijakan pemerintah membatasi ekspor CPO dalam bentuk bahan mentah juga perlu direspons dengan meningkatkan produksi produk hilir, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor produk jadi.

        "Diversifikasi produk hilir tidak hanya akan menambah pangsa pasar produk sawit di masyarakat, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk sawit. Perubahan ini pada akhirnya bisa menambah lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Bustanul.

        Selain sebagai bahan pangan dan industri kosmetik, kebijakan pemerintah meningkatkan produksi dan penggunaan B30 ikut memperluas permintaan terhadap CPO di dalam negeri. Indonesia juga mengembangkan bioavtur dari CPO dan hasil uji terbang pesawat CN-235 dengan bioavtur juga positif.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: